Kisah Iki Kucluk Pemeran Deni Anak Emak Preman Pensiun 4, Pernah Kena PHK

TRIBUN-BALI.COM - Deni anak Emak dalam sinetron Preman Pensiun 4 ternyata dalam kehidupan nyatanya pernah punya pengalaman hidup yang penuh perjuangan.

Sosok Iki Kucluk dalam sinetron Preman Pensiun berperan sebagai Deni adalah calo di terminal anak buahnya Willy.

Karakter Deni adalah satu di antara preman di terminal.

Penampilannya bercelana dan berjaket jins, berwajah sangar serta gagah.

Tetapi saat pulang ke rumah, sifat Deni berubah menjadi anak manja kepada emaknya.

• 4 Pernyataan Ashanty Soal Perselisihan Krisdayanti Dengan Aurel-Azriel Hermansyah

• Rilis Single dan Video Klip Kelima, Nyi Pelet Berdusta Curahkan Perasaan lewat Idup Sing Meunduk

Tak heran bila ia dijuluki Deni anak Emak.

Iki Kuckluk sebelum menggeluti dunia peran, ternyata pernah mengalami kesusahan.

Ia mengaku hidupnya penuh perjuangan, kehabisan uang, luntang-luntung di Jakarta, hingga berhasil mendapatkan peran sebagai Deni.

Deni menjadi satu di antara pemeran Preman Pensiun 4 yang tak luput dari perhatian.

Dalam film tersebut, meski tadinya ia anak buah dari Bubun, tetapi ia setia pada Willy.

Kisah perjuangan hidup Iki Kuncluk diceritakannya dalam tayangan di kanal youtube Dikdik Channel, Rabu (24/6/2020).

Sebelum menjadi artis peran, Deni berjuang casting di Jakarta.

Ia mengaku pontang panting di Jakarta untuk mencari peruntungan agar ia mendapatkan job peran.

Sayangnya di perjalanan ia justru mendapat nasib dan pengalaman menyedihkan.

Karena kehabisan uang, ia terpaksa tidur di masjid selama 4 hari.

Hingga akhirnya, perjuangan mengikuti casting tak diterima ia pun menyerah dan pulang ke Bandung.

"Saya pernah casting sana sini di Jakarta.

Pernah tidur di masjid selama 4 hari karena gak punya uang,

Casting gak keterima, pulang lagi ke Bandung," ungkap Iki, melansir Tribun Jabar berjudul 'Kisah Deni Anak Buah Willy di Preman Pensiun 4 Pernah Mencari Kerja 4 Hari Numpang Tidur di Masjid',

Meski begitu pengalaman tersebut telah Iki syukuri hingga kini ia berhasil bermain peran di Preman Pensiun 4.

Iki Kuncluk atau pemeran Deni ini ternyata sudah terjun di dunia seni peran sejak 2003.

Sebelum terjun di dunia peran di pertelevisian, awalnya ia menggandrungi kabaret.

Setelah kabaret ia juga menekuni lawak di Bandung Selatan.

Rupanya Iki Kuncluk juga pernah mengikuti audisi API (Akis Pelawak Indonesia) 2015.

Lalu ia pun mendapat peruntungan untuk bergabung dengan grup lawak SOS, terdiri dari Oni, Oding dan Sule, kala itu.

Iki Kuncluk mengaku sejak itu ia mendapat banyak pengalaman di dunia peran.

Meski hanya menjadi seorang pemeran pembantu.

Iki menceritakan bahwa sebelum menekuni seni peran ia juga pernah menjadi seorang karyawan pabrik di Bandung.

Iki mengaku dirinya pernah bekerja di pabrik selama kurang lebih 5 tahun.

Sayangnya, ia kena PHK.

Beruntung Iki masih sering menekuni seni peran sebagai sampingan.

Julukan Deni anak Emak di Preman Pensiun 4

Iki Kuncluk menjelaskan perannya sebagai Deni preman satu-satunya yang masing memiliki seorang ibu atau Emak.

Iki menjelaskan karakter Deni seperti memiliki dua sisi dunia berbeda.

Saat ia berada di lingkungan teman-temannya ia bersikap sangar dan gagah.

Tetapi sebaliknya ketika bersama dengan Emak-nya di rumah karakter Deni menjadi anak yang penakut.

Meski penakut, kata Iki, yang dimaksud adalah karena Deni berbakti kepada orang tuanya.

Iki mengaku bergabung di Preman Pensiun 4 bersama Willy menjadi suatu kebanggaan baginya.

Mengingat Preman Pensiun merupakan satu di antara sinetron yang memiliki rating tertinggi.

Lewat Preman Pensiun 4, paling tidak ia merasa menjadi dikenal publik.

Kemudian eksistensinya sebagai seniman peran diapresiasi banyak masyarakat. (*)

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Kisah Pemeran Deni Anak Emak Preman Pensiun 4, Hidup Susah dan Pernah Satu Grup dengan Komedian Sule, https://surabaya.tribunnews.com/2020/06/27/kisah-pemeran-deni-anak-emak-preman-pensiun-4-hidup-susah-dan-pernah-satu-grup-dengan-komedian-sule?page=all.
Penulis: Pipit Maulidiya
Editor: Adrianus Adhi