Pasca Temuan Sarkofagus di Dusun Insakan Buleleng, Retiasih Mimpi Didatangi Sosok Perempuan Cantik

Sebuah sarkofagus (peti jenazah kuno) ditemukan di perkebunan cengkih, wilayah Dusun Insakan Buleleng

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani
Sarkofagus yang ditemukan Putu Oka Yasa di lahan perkebunan cengkih milik bosnya, di Dusun Insakan, Desa Pedawa, Minggu (28/6/2020). 

TRIBUN-BALI.COM, BULELENG - Sebuah sarkofagus (peti jenazah kuno) ditemukan di perkebunan cengkih, wilayah Dusun Insakan, Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Karangasem, Bali.

Sarkofagus berukuran sekitar 80x50 centimeter itu sudah dalam kondisi pecah, dan dikeramatkan oleh warga sekitar.

Sarkofagus mulanya ditemukan oleh Putu Oka Yasa (35), saat membuat lubang pupuk kompos di lahan perkebunan cengkih milik Ketut Sukayasa, pada tanggal 11 November 2019 lalu.

Saat itu Oka Yasa mengaku tidak mengetahui jika batu berbentuk palung itu adalah sarkofagus.

Ia justru menduga jika benda tersebut adalah peti berisikan harta karun, sehingga Oka Yasa tanpa sengaja menghancurkan sarkofagus tersebut.

"Saya kira isinya harta karun. Ternyata saat saya pecahkan, tidak ada isinya. Jujur saja, saya awalnya tidak tahu jika benda itu adalah peti jenazah kuno. Tulang belulang juga tidak ada," terangnya saat ditemui Minggu (28/6/2020).

Keesokan harinya, pasca sarkofagus ditemukan, istri Oka Yasa dihantui mimpi buruk.

Sang istri bernama Kadek Retiasih (45), mengaku ditemui sosok perempuan cantik berbaju putih.

Dalam mimpi itu, sosok perempuan tersebut memberikan Kadek Retiasih sebuah batu permata, dan meminta agar sarkofagus itu ditempatkan dengan baik, dan diberi banten setiap hari raya Purnama dan Tilem.

"Setelah mimpi itu, istri saya coba bertanya ke balian. Kata balian, saya salah, karena sudah menghancurkan sarkofagus itu. Setelah itu, kami langsung sembahyang dan minta maaf. Sarkofagusnya langsung saya susun di samping lubang yang awalnya saya gali untuk membuat pupuk kompos itu. Setiap hari raya Purnama-Tilem ngaturin canang, tipat gong dan daksina," jelas Oka Yasa.

Sementara Ketua Kelompok Kayoman, yang bergelut di bidang pemetaan peninggalan-peninggalan purbakala di Desa Pedawa, Putu Yuli Supriyandana mengatakan, sudah ada tujuh sarkofagus yang ditemukan warga di desa setempat, namun dua diantaranya sudah dalam kondisi rusak.

Sarkofagus itu tersebar di Banjar Munduk Waban, Banjar Asah, Banjar Insakan, dan Banjar Lambo.

"Sarkofagus itu ada yang ditemukan tidak sengaja oleh warga, dan ada juga yang memang dicari. Kami meyakini sarkofagus adalah benda sakral dan peninggalan leluhur, sehingga dihormati dengan dibuatkannya upacara suci dan banten. Sehingga perlu dirawat secara skala dan niskala sesuai dengan kepercayaan dan sifat-sifat lokal masyarakat Desa Pedawa,” bebernya.

Supriyandana pun berharap, pemerintah maupun instansi terkait bisa melakukan penelitian terhadap sarkofagus-sarkofagus yang ada di Desa Pedawa.

Tujuannya di samping pelestarian dengan memasukkan peninggalan tersebut menjadi warisan cagar budaya, juga mengupayakan agar mampu dijadikan museum desa dan menjadi tujuan wisata sejarah desa.

“Mudah-mudahan penemuan ini bisa diteliti. Sehingga diketahui sejarahnya, jenis batunya tahun berapa," tutupnya.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved