Berita Buleleng
Polres Buleleng Bongkar Kasus Pemalsuan STNK, 3 Tersangka Membuat hingga Menjual
Satreskrim Polres Buleleng berhasil membongkar kasus pemalsuan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, BULELENG - Satreskrim Polres Buleleng berhasil membongkar kasus pemalsuan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).
Tiga pelaku yang terlibat pun berhasil diringkus.
Salah satu pelaku bahkan sudah lebih dulu berstatus Warga Binaan Lapas Singaraja, karena kasus penyalahgunaan narkoba.
Baca juga: Tanggapi Aksi Demo Berbuntut Anarkis, Pemkab Buleleng Gelar Apel Harmoni
Tiga pelaku tersebut masing-masing bernama Ketut Irwan Sutayasa alias Kiwan (36), Komang Andi Krisna alias Andik (27), dan Gede Ari Eka Saputra alias Gaes (25).
Kasat Reskrim Polres Buleleng, I Gusti Nyoman Jaya Widura mengungkapkan, terungkapnya sindikat kejahatan pemalsuan STNK ini bermula dari pengungkapan kasus narkoba pada Februari 2024 lalu.
Baca juga: TEMPAT Nongkrong Timur Pura Penimbangan Buleleng Dirobohkan! Simak Alasan Selengkapnya
Saat penggeledahan di rumah Kiwan yang berlokasi di Banjar Dinas Delod Pura, Desa Sidatapa, Kecamatan Banjar, Buleleng, polisi menemukan alat-alat yang digunakan untuk mencetak STNK palsu. "Mereka sudah beroperasi selama setahun," ucapnya, Senin (1/9/2025).
Dari hasil penyelidikan, STNK palsu ini digunakan untuk menjual sepeda motor bodong hasil curian.
Baca juga: ASN Buleleng Diajak Lakukan Balik Nama STNK dan Plat Nomor Buleleng
Peran masing-masing tersangka pun beragam.
Ada yang khusus membuat STNK hingga menjual STNK.
Kejahatan mereka pun dikaitkan dengan pidana penadahan sepeda motor hasil curian.
"Mereka membuat STNK sesuai pesanan. Dari batang bukti yang kita temukan saat itu ada empat lembar STNK palsu."
"STNK palsu dan motor curian ini selanjutnya dijual dengan harga pasaran Rp3 juta sampai Rp4 juta per unit," sebutnya.
Lebih lanjut dikatakan, STNK ini terbukti palsu setelah pihak Satreskrim meminta pengecekan ahli dari Direktorat Lantas Polda Bali.
Dari hasil pengecekan diketahui ada beberapa perbedaan.
"Dari kertas yang digunakan, ini mirip HVS biasa yang lebih tipis dibandingkan aslinya. Selain itu jenis tinta yang digunakan untuk cap juga berbeda," jelasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.