Desa Adat di Bali Dinilai Sebagai Tempat Ideal Ajaran Tri Sakti Bung Karno
Keberadaan desa adat di Bali dinilai sebagai tempat ideal dalam implementasi ajaran Tri Sakti dari Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno atau Bung Karno
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Keberadaan desa adat di Bali dinilai sebagai tempat ideal dalam implementasi ajaran Tri Sakti dari Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno atau Bung Karno.
Ajaran Tri Sakti Bung Karno tersebut memuat tiga hal, yakni berdaulat di bidang politik, berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) di bidang ekonomi dan berkepribadian di bidang kebudayaan.
“Ajaran Tri Sakti Bung Karno untuk Bali ini saya kira tempatnya yang paling ideal itu di desa adat,” kata Gubernur Bali Wayan Koster saat menutup pelaksanaan Bulan Bung Karno di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Selasa (30/6/2020).
Menurut Koster, dalam berdaulat di bidang politik, desa adat memiliki awig-awig dan pararem yang berfungsi mengatur wilayah dan krama yang ada di lingkungan tersebut.
• Potensi Pembukaan Piala Dunia U-20 Tahun 2021 di Stadion Dipta Gianyar, Yabes Tanuri : Harus Optimis
• Bantu Perkembangan Janin hingga Cegah Osteoporosis, Berikut Makanan yang Tinggi Kalsium
• 7.409 Satgas Gotong Royong Desa Adat di Buleleng Diberi Insentif Beras 15 Kg
“Jadi kuat desa adat kita secara politik,” kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Provinsi Bali itu.
Sementara jika dilihat dari segi ekonomi, desa adat bisa didorong dengan adanya Labda Pacingkreman Desa (LPD).
Selain itu, dengan adanya Peraturan Daerah (Perda) Nomor 4 tahun 2019 tentang Desa Adat di Bali, desa adat kini juga memiliki lembaga perekonomian yang baru yakni Baga Utsaha Padruwen Desa Adat (BUPDA).
BUPDA ini dinilai oleh Koster bisa menjadi lembaga pengembangan ekonomi sektor riil di masing-masing desa adat.
“Cuman karena baru berjalan jadi belum bisa diimplementasikan secara nyata. Agak terhambat sedikit, sekarang sedang disiapkan tatanan untuk melaksanakan itu,” jelasnya.
Kemudian di bidang berkepribadian dalam bidang kebudayaan, Koster mengatakan, bahwa desa adat di Bali sebagai tempat untuk memelihara adat-istiadat, tradisi, seni dan budaya.
“Jadi ada unsur kepribadian dalam kebudayaan yang ada di desa adat,” tutur Gubernur Bali asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng itu.
“Jadi betul-betul desa adat ini mejadi lembaga yang tepat sekali. Jangan-jangan dulu Bung Karno menciptakan Tri Sakti Bung Karno ada inspirasi dari fungsi dari desa adat yang ada di Bali,” tuturnya.
Menurutnya, hal itu bisa saja terjadi, terlebih nilai-nilai Pancasila juga digali dari sari-sari dan nilai-nilai budaya yang ada di seluruh nusantara.
“Jadi kita harus beryukur punya pemimpin seperti Bung Karno ini yang bisa menanamkan sistem nilai kehidupan berbangsa dan bernegara yang diwariskan,” kata dia.
Ia menilai, saat ini masyarakat Indonesia sebagai generasi penerus mempunyai tanggungjawab untuk menjalankan dan meneruskan ajaran Tri Sakti Bung Karno.
Hal itu juga sebagai upaya bersama dalam mengisi pembangunan setelah Bung Karno menjadikan bangsa Indonesia merdeka.
Koster menuturkan, pelaksanaan Bulan Bung Karno di Bali dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 19 tahun 2019 tentang Bulan Bung Karno di Provinsi Bali.
Sampai saat ini Bali juga menjadi provinsi pertama di Indonesia yang mempunyai Pergub tentang Bulan Bung Karno atas persetujuan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) RI.
“Provinsi lain belum ada, dan belum ada provinsi lain yang menyusun,” tuturnya.
Bagi Koster, pihaknya melaksanakan Bulan Bung Karno di Bali karena proklamator tersebut memiliki peranan yang sangat penting dan fundamental bagi sejarah kebangsaan serta kebudayaan Indonesia, tentunya bersama dengan pahlawan lain.
Namun diantara pahlawan tersebut, Bung Karno adalah pemimpin yang memiliki keberanian dalam memimpin gerakan ketika indonesia dijajah oleh bangsa lain.
Dengan kegigihannya akhirnya mengantarkan Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Pada saat itu, Bung Karno bersama Bung Hatta menyatakan kemerdekaan dan menjadi presiden pertama Indonesia.
Di samping sebagai pemimpin pergerakan, Bung Karno juga melahirkan gagasan atau konsep dan ajaran yang sangat penting bagi bangsa Indonesia.
Tidak saja dalam ideologi, pandangan dan dasar negara Pancasila, tetapi juga memberikan ajaran yang penuh dengan upaya kebersamaan untuk membangun negara dengan Tri Sakti Bung Karno.
Menurut Koster, ajaran Tri Sakti Bung Karno akan selalu relevan dengan perkembangan zaman.
Tri Sakti Bung Karno, kata Koster, adalah suatu ajaran yang penuh dengan nilai-nilai yang tembus zaman dan diperlukan oleh generasi penerus untuk membangun negara, memenuhi dan mensejahterakan masyarakat.
Selain itu, ajaran Tri Sakti Bung Karno juga dinilai olehnya dapat memberikan eksistensi bagi keberlanjutan bangsa Indonesia.
“Itu sebabnya saya tanpa ragu untuk menyatakan dan mendorong agar di Bali ini dilaksanakan Bulang Bung Karno dengan memberikan payung hukum dan juga telah diikuti oleh bupati/wali kota se-Bali,” jelasnya.
Dengan diikuti oleh bupati/wali kota se-Bali, pelaksanaan Bulan Bung Karno dapat dilaksanakan di seluruh Pulau Dewata setiap tahun. (*).