Tak Bisa Ekspor Gazebo, Perajin di Gianyar Ini Beralih Jual Layangan
Wayan Sukarma merupakan salah satu perajin yang memilih menjual bambunya yang seharusnya di pakai untuk bahan gazebo
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR – Perajin Gazebo di Desa Belega, Blahbatuh, Gianyar, Bali, kini minim orderan, akibat penutupan ekspor ke negara tujuan, Italia, Prancis dan Jepang.
Supaya material gazebo, yakni bambu, tidak habis percuma dimakan rayap.
Para perajin ini pun menjual bambunya untuk dijadikan layangan dan ada juga yang memanfaatkannya untuk langsung berbisnis layangan.
Seorang perajin, Wayan Sukarma merupakan salah satu perajin yang memilih menjual bambunya yang seharusnya di pakai untuk bahan gazebo.
• Sampan Terbalik, Seorang Nelayan Hilang, Tim SAR Masih Lakukan Pencarian
• Via Vallen Teriak, Minta Tolong Kucingnya Diselamatkan
• Badung Gratiskan Pekerja Pariwisata Ikuti Rapid Test, Dinkes Akui Sudah Siapkan Alatnya
Kata dia, bambu-bambu tersebut didatangkan dari Kabupaten Tabanan dan dijual dengan berbagai variasi panjang.
"Perbilah yang pendek dijual Rp 20 ribu dan ada yang sampai Rp 50 ribu perbilah. Terpaksa dijual, ketimbang rusak dimakan rayap. Orang yang beli biasanya dipakai untuk membuat layangan, kebetulan saat ini lagi musim layangan, jadi yang minta banyak, " jelasnya.
Selain dijual, Sukarma bersama anaknya Putu Dedi Gunawan juga memanfaatkannya untuk dijadikan bisnis layangan.
Biasanya layangan yang dibuatnya berupa layangan celepuk (burung hantu) dan bebean.
Pemesan layangan di tempat Sukarma bahkan berasal dari luar Gianyar.
"Sorenya sehabis jualan (bambu), kami membuat layangan, ada sejumlah pesanan dari kabupaten lain," ujar Dedi Gunawan.
Perbekel Belega, Ketut Trisnu Jaya mengaku bersyukur masyarakatnya masih bisa memanfaatkan bahan baku gazebo tersebut ketika ekspor gazebo tidak bisa dilakukan pasca pandemi Covid-19 ini.
Kata dia, selama pandemi ini, ada sebanyak 75 persen pekerja gazebo dirumahkan.
Mereka berasal dari NTT, Lombok dan warga setempat.
“Ekspor kerajinan bambu Belega saat ini ada pada titik nol. Ekspor kerajinan bambu sudah mati suri, hampir semua eksportir merumahkan karyawannya. Walau demikian, warga MASIH bisa mengambil peluang, sehingga tidak menganggur sama sekali,” ujarnya. (*).