Corona di Bali
Persembahyangan Hari Saraswati di Tengah Pandemi, Semua Pamedek Pakai Masker dan Jaga Jarak
Semua pamedek pakai masker dan jaga jarak. Ada pula yang mengenakan alat pelindung diri (APD) berupa face shield (pelindung wajah).
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Ady Sucipto
Mangku Sejak pukul 05.00 Wita, kata Alit Mangku, pamedek sudah datang untuk sembahyang ke Pura Griya Tanah Kilap.
Biasanya, setiap Hari Saraswati pura ini selalu dipadati pamedek hampir 24 jam. "Dari jam 4 pagi buka, jam 5 sudah ada pemedek. Biasanya normal itu sampai 24 jam, karena kan ada banyupinaruh juga dan langsung mengarah ke pantai," tutur Alit Mangku
Menurut panglingsir di Pura Griya Tanah Kilap ini, setiap perayaan Hari Saraswati pura ini selalu ramai didatangi pemedek. Masyarakat khususnya umat Hindu bersembahyang mengucap syukur atas anugerah ilmu pengetahuan yang telah mereka peroleh.
Pakai Air Kumkuman
Sehari setelah hari raya saraswati, umat Hindu di Bali biasanya menggelar prosesi banyupinaruh. Lazimnya masyarakat akan mencari pantai atau sumber-sumber air seperti air pegunungan, dan danau.
Air tersebut dibasuh ke wajah dan rambut untuk dipakai sebagai sarana melukat atau membersihkan diri
Untuk mencegah adanya penyebaran Covid-19, PHDI memberikan alternatif bagi umat Hindu agar tidak berkerumun di pantai dan sumber air untuk melaksanakan banyupinaruh.
Banyupinaruh bisa dilakukan di rumah. Caranya membasuh wajah, rambut dan tubuh dengan air kumkuman atau air yang dicampur bunga harum.
"Kalau yang dekat pantai silakan ke pantai, kalau yang dekat danau silakan ke danau, kalau yang dekat sumber air silakan. Yang tidak sempat ke sana atau menghindari kerumunan bisa pakai air kumkuman
dirumah," kata Ketua PHDI Bali, Prof Dr Drs I Gusti Ngurah Sudiana,
Sabtu (4/7).
Sudiana menjelaskan, PHDI tidak bisa melarang umat Hindu melaksanakan banyupinaruh.
Itu sebabnya, jika masyarakat mau banyupinaruh, diharapkan agar melaksanakan protokol kesehatan seperti menjaga jarak, tidak berkerumun dan menggunakan masker.
"Pada saat mandi silakan jaga jarak, dan tidak berkerumun. Saat sembahyang dan nunas tirta juga jaga jarak," harap Rektor IHDN Denpasar itu.
Sudiana menjelaskan, banyupinaruh merupakan rangkaian dari Hari Saraswati. Hari Saraswati merupakan hari turunnya ilmu pengetahuan.
Sedangkan, banyupinaruh artinya air pengetahuan. Banyupinaruh berasal dari dua kata, yakni Banyu dan Pinuruh.
Banyu berarti air dan pinaruh artinya pengetahuan.
"Sehingga pada saat banyupinaruh, ramai-ramai masyarakat menyucikan dirinya dengan wujud nyata melukat ke tempat-tempat air, dengan air kumkuman, ke segara, sehingga semua kebodohan-kebodohannya itu
dilebur," kata Sudiana.
Setelah melukat dan kebodohan dilebur oleh air banyupinaruh, umat Hindu biasanya makan nasi pradnyan.
"Nah nasi pradnyan itu simbol kecerdasan, kewikanan yang dimiliki seseorang," demikian Sudiana.
(ian/win)