Reaksi China Atas Pengiriman Dua Kapal Induk AS di Laut China Selatan
Mengawali bulan Juli 2020 ini, tensi di Laut China Selatan (LCS) kembali bergejolak.
TRIBUN-BALI.COM, WASHINGTON - Mengawali bulan Juli 2020 ini, tensi di Laut China Selatan (LCS) kembali bergejolak.
Memanasnya kawasan LCS setelah Amerika Serikat (AS) mengirimkan dua kapal induk ke LCS dan pada saat yang sama China juga menggelar latihan di wilayah laut sengketa itu.
Pada Sabtu (4/7/2020), dua kapal induk AS yakni USS Ronald Reagan dan USS Nimitz berlayar di wilayah tersebut.
"Tujuannya adalah untuk memberikan sinyalemen yang jelas kepada rekan dan sekutu kami, kami berkomitmen pada keamanan dan stabilitas kawasan," kata Laksamana Muda George M Wikoff.
Ia menambahkan pengiriman dua kapal induk itu bukanlah respons terhadap tindakan China, yang dikritik Pentagon sebagai upaya kontraproduktif dalam meredakan ketegangan dan menjaga stabilitas.
Wikoff tidak memberikan keterangan rinci soal lokasi kapal-kapal induk AS itu akan menggelar latihan.
Wall Street Journal melaporkan latihan tersebut akan dijalankan oleh dua kapal induk, empat kapal perang, dan sejumlah jet tempur.
• Ini Alasan Amerika Kirim Dua Kapal Induknya ke Laut China Selatan Saat Beijing Gelar Latihan Militer
• Pamer Kekuatan Armada Militer, Pengamat: China Belum Memenangkan Laut China Selatan
• Sengketa Perbatasan, China Rawan Berkonflik dengan 17 Negara Tetangga Ini, Termasuk dengan Indonesia
China justru menyebut AS adalah pihak yang mestinya disalahkan atas peningkatan ketegangan di kawasan itu.
China mengumumkan pada pekan lalu, Beijing telah menjadwalkan latihan militer mulai 1 Juli dekat Kepulauan Paracel, wilayah yang diklaim oleh China dan Vietnam.
Vietnam dan Filipina sebelumnya juga telah melayangkan kritik atas rencana latihan itu.
Menurut kedua negara tersebut tindakan China dapat memperburuk keadaan serta berdampak pada hubungan Beijing dengan negara-negara tetangganya.
Dalam sengketa itu, AS menuduh China mempersempit Laut China Selatan dan mencoba mengintimidasi negara-negara di kawasan sekitar yang mungkin ingin mengeksplorasi gas dan minyak di lokasi bersangkutan.
China mengklaim 90 persen Laut China Selatan, wilayah yang berpotensi kaya akan sumber daya energi,
namun Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina Taiwan, dan Vietnam juga mengklaim bagian mereka di
tempat tersebut.
Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) menyatakan keprihatinan latihan militer yang
dilakukan China di Laut China Selatan.
"Menjalankan latihan militer di wilayah yang disengketakan di Laut China Selatan itu kontraproduktif bagi upaya meredakan ketegangan dan memelihara stabilitas,"
kata Pentagon dalam sebuah pernyataan.