Jual Masker Kain di Pinggir Jalan, Pria yang Tinggal di Blahbatuh Ini Raup Rp 150 Ribu Per Hari

Kontraktor tempat ia menggantungkan hidup justru kabur, dan tidak membayar upah hariannya selama dua hari.

Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribun Bali/I Wayan Eri Gunarta
Foto: Ahmad Karim saat berjualan masker di bahu jalan di kawasan Gianyar, Jumat (10/7/2020) 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR – Ahmad Karim,tampak sibuk menata lapaknya di atas motor di sebuah jalan umum di Gianyar, Bali, Jumat (10/7/2020).

Pria setengah baya asal Jember, Jawa Timur ini kini memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan berjualan masker kain.

Karim saat ini tinggal di kontrakan di Blahbatuh memilih menggeluti usaha kecil-kecilan itu  sejak tengah bulan lalu.

Sebelumnya, ia bekerja sebagai buruh bangunan dengan bayaran sekitar Rp. 125 ribu per hari.

Namun tanpa alasan jelas, kontraktor tempat ia menggantungkan hidup justru kabur, dan tidak membayar upah hariannya selama dua hari.

“Sebelumnya saya kerja ngikut orang jadi buruh bangunan. Tapi pemborongnya malah kabur. Upah dua hari saya tidak dibayar. Saya sih gak apa, tapi kasihan teman-teman yang lain,” ujar Karim.

Saat itu, Karim sempat kebingungan untuk menyambung hidup.

Terlebih lagi dirinya tidak bisa pulang ke Jawa Timur, karena saat itu pemerintah tidak memperbolehkan.

Sementara di sini, ia harus membayar tempat tinggal.

Karena itu, ia pun nekat menjadi penjual masker.

“Ini maskernya saya beli, lalu saya jual lagi. Lumayanlah, tiap hari ada aja yang beli. Kadang kalau lagi beruntung bisa jualan Rp 200 ribu, standarnya Rp 150,” ujar Karim yang menjual masker kain dari Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu itu.

Saat ditanya apakah dirinya lebih memilih jadi buruh bangunan atau berjualan masker, Karim mengaku lebih suka berjualan.

“Kalau disuruh memilih, saya lebih suka jualan, soalnya tidak disuruh-suruh orang,” ujarnya lalu tertawa.

Selama berjualan, Karim memanfaatkan sepeda motor bututnya.

Dimana lapak masker tersebut ia ikat di bagian belakang motor.

Terkait lokasi bejualan, ia kerap membuka lapak di bahu jalan.

“Saya tidak tahu apakah di sini melanggar atau tidak. Tapi kalau disuruh pindah, saya akan pindah,” ujarnya. (*).

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved