Adik Kim Jong Un Terancam Hukuman Mati Bila Tertangkap di Korea Selatan, Ini Perjalanan Kasusnya

Kim Yo Jong dituding sebagai orang yang bertanggung jawab atas peledakan Kantor Penghubung Antar-Korea.

Editor: Eviera Paramita Sandi
Yonhap/AFP dari Kompas.com
Kim Yo Jong mendapat pengawalan ketat ketika mendarat di Bandara Internasional Incheon, Korea Selatan, Jumat (9/2/2018). Kim Yo Jong merupakan salah satu figur berpengaruh di Korea Utara, serta berstatus adik sang pemimpin saat ini, Kim Jong Un. 

TRIBUN-BALI.COM - Aksi peledakan Kantor Penghubung Antar-Korea berbuntut panjang.

Adik perempuan pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Yo Jong, kini terancam hukuman tujuh tahun penjara atau eksekusi mati jika sampai tertangkap dan diadili menggunakan hukum Korea Selatan.

Kim Yo Jong dituding sebagai orang yang bertanggung jawab atas peledakan Kantor Penghubung Antar-Korea.

Jaksa Penuntut Umum Korea Selatan seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (16/7/2020) kini membuka penyelidikan terhadap Kim Yo Jong.

Juru bicara jaksa Distrik Sentral Seoul menyatakan, mereka menerima laporan untuk menginvestigasi Kim Yo Jong dari pengacara ibu kota.

Kim Jong Un Puji Negaranya Sendiri, Klaim Korea Utara Raih Kesuksesan Gemilang Melawan Covid-19

Laporan dari pengacara Lee Kyung-jae menyatakan, bangunan yang dihancurkan Korut dibangun dan didanai oleh pemerintah Negeri Ginseng.

"Kim menggunakan peledak untuk menghancurkan bangunan misi kuasi-diplomatik Korea Selatan yang melayani kepentingan publik," terang Lee.

Tak hanya Kim Yo Jong, Korsel juga melayangkan laporan kepada Pak Jong Chon selaku ketua staf jenderal negara.

Korea Selatan Respons Keras Seusai Korea Utara Ledakkan Kantor Penghubung

Berdasarkan hukum yang berlaku di Korsel, keduanya terancam hukuman mati atau tujuh tahun penjara.

Meski belum pernah mengeksekusi siapa pun sejak 1997 sialm, Korea Selatan masih diterapkan di Korsel.

Meski demikian, mustahil untuk menyeret Kim Yo Jong dan Pak ke pengadilan Korea Selatan.

Diberitakan Yonhap, Lee mengatakan dia ingin memberitahukan kepada rakyat Korut "kemunafikan yang dilakukan pemimpinnya".

Bukan Hanya Soal Pembelot yang Bikin Kim Jong Un Nekat Ledakkan Kantor Penghubung
Beberapa waktu lalu, Korea Utara memutuskan untuk meledakkan kantor penghubung antar-Korea.

Hal itu sebagai sebuah bentuk ancaman Korut kepada Korea Selatan karena dianggap tak bisa tangani aktivitas pembelot.

Namun, ada hal yang lebih membuat Kim Jong Un marah besar sehingga melakukan peledakan.

Kim marah karena sang istri, Ri Sol Ju 'diperlakukan tak pantas' oleh para pembelot, seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (1/7/2020).

Selama ini Korea Utara aktivitas pembelot di Korsel yang mengirim propaganda negatif, baik melalui balon maupun melewati sungai di perbatasan.

Namun dalam sikap protesnya kali ini, Pyongyang melakukan langkah ekstrem dengan meledakkan kantor penghubung dua negara di Kaesong.

Selain itu melalui adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong, mereka sempat mengancam akan mengerahkan militer, walaupun ancaman itu dibatalkan.

Duta Besar Rusia untuk Korut, Alexander Matsegora, dalam wawancaranya kepada TASS mengungkapkan apa yang menyebabkan Kim begitu marah.

Dilansir Daily Mail Rabu (1/7/2020), Matsegora menuturkan terdapat selebaran mengenai istri Kim, Ri Sol Ju, yang dibuat secara tidak pantas.

Matsegora menuturkan, selebaran yang diluncurkan pada 31 Mei itu menunjukkan gambar Ri secara provokatif, menimbulkan "kemarahan besar" di Korut.

"Selebaran itu berisi propaganda kotor dan menghina, yang ditujukan khusus kepada pasangan dari Pemimpin Tertinggi," jelas Dubes Rusia tersebut.

Dia memaparkan bahwa foto itu diedit "begitu merendahkan Ri Sol Ju", dan membuat negara yang menganut ideologi Juche itu habis kesabaran.

Klaim Matsegora terjadi tujuh tahun sejak Ri disebut bermain untuk sebuah film porno, dan kemudian didistribusikan oleh aktivis pembelot pada 2013.

Selain itu, ketegangan itu terjadi di tengah kolapsnya perundingan nuklir antara Korea Utara dengan AS sejak di Vietnam Februari 2019.

Keinginan Korea Selatan untuk Berdamai

Korea Utara dan Korea Selatan telah berkonflik selama 70 tahun.

Pecahnya perang Korea terjadi tepat 70 tahun lalu pada Kamis (25/6/2020).

Meski demikian, hubungan kedua negara tak menunjukkan tanda-tanda harmonis.

Keduanya malah semakin tegang dan panas akhir-akhir ini.

Meski demikian Korea Selatan dengan sekutunya, Amerika Serikat, menegaskan bahwa mereka menginginkan perdamaian.

Diberitakan Kontan, hal itu disampaikan pihak Korsel dalam peringatan 70 tahun pecahnya perang Korea.

Invasi Korea Utara ke Korea Selatan dimulai pada 25 Juni 1950.

Tindakan itu memicu perang tiga tahun yang menewaskan jutaan orang di kedua belah pihak.

Pertempuran antar-Korea hanya diakhiri dengan gencatan senjata.

Tak ada perjanjian damai hingga hari ini.

Karenanya, secara teknis status kedua negara bisa dikatakan masih berperang.

Perang berkepanjangan ini melahirkan Zona Demiliterisasi, yang membagi dua wilayah Korea.

Namun, tampaknya keinginan damai dari Korea Selatan belum akan terwujud dalam waktu dekat.

Baik Korsel dan Korut masih sering bersitegang dan beradu pengaruh hingga hari ini.

Bahkan, baru-baru ini Korea Utara mengancam akan jadikan perbatasan antar-Korea jadi benteng pertahanan.

Hal itu disampaikan oleh Staf Umum Tentara Rakyat Korea (KPA).

Merek amengatakan telah mempelajari rencana untuk memasuki kembali zona demiliterisasi di bawah pakta antar-Korea, seperti diberitakan Kontan, Rabu (24/6/2020).

Setelahnya, mereka akan mengubah garis depan menjadi benteng.

Diberitakan sebelumnya, diam-diam militer Korea Utara terus bergerak.

Kontan memberitakan militer Korsel melihat dua moncong artileri Korut dalam keadaan terbuka dan mengarah ke Korsel.

Hal itu memunculkan kekhawatiran akan terjadinya perang, meski tak ada rincian artileri jenis apa yang dimaksud.

Akan tetapi, pihak Korea Selatan tak telalu ambil pusing.

Menurut sumber Yonhap di Pemerintahan Korea Selatan, moncong artileri Korut terbiasa dibuka dan ditutup.

Alih-alih bersiap perang, hal itu bisa saja dilakukan untuk merawat artileri.

Menrutnya, buka tutup moncong artileri bisa dilakukan untuk menghilangkan kelembaban.

"Tapi, (moncong artileri) itu adalah kegiatan yang sering dibuka dan ditutup oleh militer Korea Utara. Ada kemungkinan moncong terbuka untuk menghilangkan kelembaban atau untuk pekerjaan ventilasi," ujar sumber yang tak disebutkan namanya itu.

Pergerakan militer Korea Utara tak berhenti di situ.

Kim Jong Un mengirim tentara dalam kelompok kecil ke pos-pos penjagaan yang ada di Zona Demiliterisasi.

Mereka melakukan pembersihan semaksemak dan pemeliharaan jalan di perbatasan.

"Pos penjagaan dan kotak pengintaian jelas merupakan fasilitas untuk keperluan militer," kata sumber itu, Minggu (21/6/2020).

Meski demikian, Korea Selatan tetap melakukan pengawasan.

"Jadi, wajar kalau ada gerakan militer di balik itu (pengiriman tentara untuk pembersihan semak-semak). Tapi, kami terus mengawasi mereka".

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kim Jong Un Marah Sang Istri "Digambar Tak Pantas" oleh Pembelot di Korsel"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved