Kapan Virus Corona Akan Berakhir? Data Covid-19 di Indonesia Kini Jadi Sorotan Karena Lampaui China
Sejauh ini Amerika Serikat (AS) masih menjadi negara dengan kasus positif terbanyak di dunia dengan 3,8 juta kasus.
Sumber masalah kasus Corona di Indonesia tidak terus turun dan turun sebenarnya telah diketahui.
Pakar epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Dr Windhu Purnomo mengatakan, virus corona yang ada di Indonesia masih sulit diprediksi kapan berakhirnya.
Hal itu menyusul data yang selalu berubah-ubah di setiap waktunya.
"Jadi sebetulnya kalau datanya tidak berubah-ubah, akan lebih mudah diprediksi."
"Yang menyulitkan itu kan karena data yang selalu berubah," kata Windhu saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (16/7/2020).
Data dapat berubah, menurut Windhu dikarenakan kebijakan yang tidak konsisten.
Apabila kebijakan yang diambil longgar, maka banyak masyarakat yang tidak disiplin sehingga kasus dapat naik.
Sebaliknya, bila kebijakan yang diambil ketat, maka masyarakat dapat displin dan kasusnya akan turun.
"Prediksi itu kan mesti pake asumsi-asumsi, asumsinya kalau keadaannya seperti ini, nanti puncaknya akan kapan, dan turunnya kapan."
"Tapi kalau datanya berubah, ya harus diulang lagi," jelas dia.
"Ya susah ini, apalagi di negeri seperti kita ini yang kebijakannya terus berubah."
Serupa dengan Windhu, epidemiolog yang juga Juru Bicara Satgas Covid-19 Rumah Sakit UNS Tonang Dwi Ardyanto juga mengungkapkan hal yang sama.
Ia pun belum dapat memastikan kapan pandemi Covid-19 di Indonesia dapat berakhir.
"Pertanyaan sulit sekali (soal kapan Covid-19 di Indonesia berakhir)."
"Jadi kita enggak tahu kapan akan berakhir," ucap Windhu.
"Saya sendiri juga bertanya-tanya karena sangat tergantung pada pilihan pendekatan untuk kepatuhan masyarakat," kata Tonang saat dihubungi terpisah.
Tonang memaparkan, pilihan pendekatan yang ia maksud adalah strategi yang bisa diambil oleh pemerintah.
Apabila pendekatan tersebut tidak dapat menjamin kepatuhan masyarakat, kata Tonang, maka akan susah untuk mengendalikan Covid-19.
"Kembali menerapkan PSBB atau apa pun istilahnya, saat ini sudah sulit. Covid-19 sudah terlanjur menyebar," jelas Tonang.
Oleh karenanya, ia memiliki tiga pilihan yang dapat diadaptasi oleh pemerintah.
Ketiganya yakni kapasitas pemeriksaan PCR harus maksimal ke 40.000 per hari, kapasitas tracing harus kuat, sekitar 20-30 orang untuk setiap temuan kasus positif, dan juga menjamin kepatuhan masyarakat menerapkan protokol kesehatan secara personal maupun kelompok.
"Itu sambil berharap segera ada titik terang, ditemukannya vaksin. Tinggal itu," pungkas dia.
Artikel diolah dari Intisari dalam judul Jumlah Kasus Covid-19 di Indonesia Lewati China, Ini 2 Perbedaan Paling Mencolok antara Negeri Panda vs Tanah Air, 'Kita Masih Harus Bekerja Keras'dan di Tribunjatim.com dengan judul 2 Perbedaan Mencolok China VS Indonesia Soal Covid-19 Versi Pakar, Data Terkait Tes Dikuak: Jomplang,