Kemendikbud Gencar Gaungkan Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terus gaungkan keberadaan Jalur Rempah kepada masyarakat, khususnya generasi muda.
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Danny saat diundang menjadi pembicara memaparkan, Maluku Utara merupakan daerah yang memiliki kekayaan rempah seperti, cengkih, palah, ladah dan zaman itu, diperebutkan oleh portugis, belanda spanyol dan bangsa-bangsa lain.
Sehingga wilayah Maluku Utara dinamakan jalur rempah, olehnya itu harus ada kerjasama antar daerah untuk mengangkat kembali sejarah kepualaun rempah.
”Untuk Kabupaten Halbar sendiri dalam rangka bagaimana kita meningkatkan kapasitas pemahaman terhadap jalur rempah ini, kami menggandeng javara membutuhkan olahan makanan dari rempah, seperti teh rempah, kopi rempah, kue rempah yang berasal dari pala dan cengkih, sehingga bisa dikemas dalam bentuk makanan atau minuman yang ditingkatkan hingga pada tahapan ekspor,” ungkap Danny.
Ia berharap, apa yang telah dicanangkannya terkait potensi rempah di Maluku Utara, lebih khusus di Halbar bisa diteruskan terkait budidaya palah, cengkeh, kayu manis dan lain sebagainya.
Saat ini telah dilakukannya adalah membuat kebijakan dari sektor pertanian dengan membuat program menanam pala dan cengkih di areal perkebunan masyarakat.
”Di Halbar, kita melaksanakan beberapa kegiatan dalam rangka merefleksi kembali jalur rempah dengan cara membuat kegiatan festival,”katanya.
Festival yang saat ini sudah mendunia, kata Ketua HKTI Malut ini, FTJ mengangkat tentang kebudayaan festival kepulauan rempah yang mengangkat tentang potensi rempah di wilayah halbar dan festival 7 suku (rera tumding) yang disponsori langsung Dirjen Kebudayaan.
Sehingga dari festival yang telah dibuat itu dengan tujuan mentransfer kepada generasi muda agar mereka mengingat kembali tentang sejarah rempah rempah dan dijadikan bagian dari potensi budaya.
”Dari berbagai kegiatan festival yang kita angkat, dengan sendirinya muncul permainan tradisional dan ada juga bahasa bahasa yang sudah hampir punah itu muncul lagi dan inilah yang harus kita kembangkan dalam rangka mengulas kembali sejarah rembah dan ketersambuangan budaya di Indonesia Timur,” jelasnya.(*)