Merasa Dirugikan, Puluhan Tenaga Harian Lepas DLH Buleleng Ngadu ke Dewan
Puluhan tenaga harian lepas yang bekerja di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng, mendatangi kantor DPRD Buleleng, Jumat (24/7/2020).
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
"Kami akan diskusikan hal ini untuk agar segera mendapatkan solusi. Kalau memang masalahnya ada di anggaran hingga membuat upah para tenaga harian lepas harus dipotong, akan kami perjuangkan di APBD Perubahan 2020 ini. Tapi kalau memang ini masalahnya ada di kebijakan di internal DLH, kami akan memberikan masukan agar Kadis bisa memberikan kebijakan yang lebih menghargai pekerja tenaga harian lepas ini," tutupnya.
Terpisah, Sekretaris DLH Buleleng, Ariston Pamungkas membenarkan jika pihaknya mengambil kebijakan untuk meliburkan tenaga harian lepasnya dua hari dalam sebulan.
Hal ini diklaim terjadi karena beberapa anggaran yang dimiliki oleh DLH Buleleng telah di-refocusing oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) untuk penanganan Covid-19 di Buleleng.
"Kebijakan ini sudah dikomunikasikan kepada teman-teman di lapangan. Kebijakan libur dua hari dalam sebulan ini karena adanya kendala anggaran. Jadi anggaran yang tersisa kami bagi secara proporsional, agar bisa jalan antara pemeliharaan kendaraan dan pekerjanya juga bisa bekerja," terangnya.
Ariston juga menegaskan, jika dilihat dari kontrak kerja yang ditandatangani oleh para tenaga harian lepas, klausulnya berbunyi agar pihak pekerja dapat memahami apabila terjadi keterbatasan keuangan daerah.
Namun demikian, Ariston mengaku pihaknya akan mencoba melakukan pengusulan tambahan pagu ke TAPD sebesar Rp 500 juta.
"Harus dipertimbangkan juga kondisi fiskal daerah, karena kekurangannya sekitar Rp 500 jutaan, itu angka yang cukup besar untuk daerah yang saat ini dalam kondisi covid-19."
"Jadi kami masih tunggu arahan pimpinan daerah apakah kami diberikan tambahan pagu atau tidak. Kalau tidak, tentu akan kami diskusikan dengan para tenaga harian lepas agar tidak ada yang merasa dirugikan," jelasnya.
Sementara terkait servis kendaraan operasional DLH Buleleng, Ariston mengaku tahun ini pihaknya sudah menganggarkan sebesar Rp 900 juta.
Servis kendaraan operasional dilakukan oleh pihak ke rekanan.
Namun Ariston tidak memungkiri, bengkel milik pihak rekanan memang tidak spesialis menangani tambal ban.
Sehingga jika terjadi permasalahan ban bocor, lebih sering ditangani langsung oleh para sopir, menggunakan uang pribadinya agar pengerjaanya lebih cepat.
"Jadi uang pribadi pekerja kami di lapangan itu diganti oleh rekanan kami. Saat ini kami masih mendata berapa sih yang mengalami kejadian seperti itu. Dan akan segera dibahas dengan rekanan kami, agar ke depan tidak terjadi lagi," tutupnya. (*)