Virus Corona
Begini Penjelasan Pakar Soal Hubungan Sinar Matahari dan Virus Corona
Salah satunya adalah wilayah Indonesia yang tidak akan terjamah Covid-19 karena faktor cuaca dan selalu berlimpah sinar matahari
TRIBUN-BALICOM - Di awal kemunculan virus corona baru atau Covid-19, pada Januari-Februari 2020 lalu, banyak sekali isu simpang siur yang beredar.
Salah satunya adalah wilayah Indonesia yang tidak akan terjamah Covid-19 karena faktor cuaca dan selalu berlimpah sinar matahari.
Selain itu, beredar isu sinar matahari yang membuat virus corona mati sebelum menginfeksi orang Indonesia.
Ini didukung dengan kondisi, setelah China, negara tetangga, seperti Malaysia, Australia, Singapura, Thailand, mencatat kasus virus corona.
• Promo Internet Murah Telkomsel Edisi 25 Juli 2020: Kuota 45GB Cuma Rp 250 Ribu,Juga Ada Hadiah Pulsa
• AC Milan Vs Atalanta, Insiden Gagal Penalti dan Hasil Imbang, Juventus Gagal Juara Serie A Pekan Ini
• Ditangkap Simpan 23 Paket Sabu dan 40 Butir Ekstasi, Anton Terancam 20 Tahun Penjara
Tapi, saat itu belum terdata satu pun kasus positif virus corona.
Hingga akhirnya, pada 2 Maret 2020, Indonesia mengumumkan kasus pertama, yaitu dua pasien yang terkonfirmasi positif terinfeksi virus corona.
Berbagai penelitian dan para ahli medis menyatakan, sinar matahari tidak bisa membunuh virus corona yang ada di dalam tubuh, bahkan di luar ruangan sekalipun.
Lantas apa kaitannya sinar matahari dan Covid-19?
Ahli Alergi Imunologi Anak Indonesia Prof Dr Budi Setiabudiawan dr SpA(K) menuturkan, keduanya memiliki keterkaitan secara tidak langsung.
Untuk bertahan guna mencegah terhindar dari infeksi virus, sistem kekebalan tubuh sangat orang perlukan.
Dalam melakukan fungsinya sebagai pertahanan, sistem kekebalan tubuh akan memperbanyak jumlah sel darah putih atau leukosit, dan membentuk antibodi.
"Jika baik, berjalan normal, itu akan berhasil baik juga untuk mempertahankan diri dari benda asing yang masuk," kata Budi, Kamis (23/7/2020).
Sebaliknya, kalau fungsi pertahanan berjalan dengan tidak normal (abnormal), maka bisa memicu hipersensitivitas (alergi) dan kejadian infeksi berulang (imunodefisiensi).
Nah, virus corona adalah benda yang dianggap asing oleh tubuh manusia.
• PSG Vs Saint-Etienne, Diwarnai Hujan Kartu, Gol Tunggal Neymar Bawa Les Parisiens Raih Gelar Kedua
• Manfaatkan Pisang Hampir Busuk, Resep Cantik Manis Cokelat Pisang
• Cocok untuk Camilan Saat Cuaca Panas, Yuk Praktikkan Resep Ice Cream Mochi di Rumah
Ketika imunitas atau sistem kekebalan tubuh tidak mampu mempertahankan diri dari serangan virus tersebut, maka akan timbul kejadian alergi dan infeksi. Di antara gejalanya yang saat ini adalah:
-Demam tinggi
-Batuk dan pilek
-Sesak napas
-Panas dingin
-Badan gemetar berulang kali disertai menggigil
-Sakit kepala
-Nyeri otot
-Sakit tenggorokan
-Kehilangan kemampuan mencium bau dan mengecap rasa
-Mata merah
-Lelah
"Makanya yang kita butuhkan adalah bagaimana sistem kekebalan tubuh kita itu terjaga," ujar Budi.
Budi menyebutkan, salah satu cara mempertahankan supaya sistem kekebalan tubuh bisa berjalan dengan baik dan normal adalah dengan menjaga kesehatan mental dan melengkapi nutrisi yang dibutuhkan.
Adapun beberapa nutrisi yang wajib Anda cukupi, yakni karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin.
"Vitamin D adalah salah satu vitamin yang berperan menjaga daya tahan tubuh, selain berfungsi baik untuk tulang," tuturnya.
Sumber utama vitamin D adalah sinar matahari berupa sinar ultraviolet B yang bisa Anda dapatkan langsung saat tubuh, terutama bagian permukaan kulit, terpapar oleh cahaya matahari tersebut.
Maka, seseorang yang mendapatkan sinar matahari yang cukup untuk memenuhi kebutuhan vitamin D tubuhnya akan membuat sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat untuk melawan virus corona yang masuk.
Dengan demikian, gejala atau infeksi yang terjadi juga bisa minim dibanding saat virus corona menginfeksi orang yang jarang terpapar sinar matahari dan kebutuhan vitamin D-nya kurang (defisiensi vitamin D).
Selain itu, dari berbagai jurnal yang ia baca, Budi menganggap, cuaca memang merupakan faktor penting dalam menentukan tingkat kejadian Covid-19 di Jakarta.
Suhu rata-rata secara signifikan berkorelasi dengan Covid-19.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sinar Matahari dan Covid-19, Apa Hubungannya? Ini Penjelasan Ahli"