Periode Terburuk Perekonomian Dunia, 6 Negara Maju Ini Masuk ke Jurang Resesi, Bagaimana Indonesia?
Resesi menyebabkan penurunan seluruh aktivitas ekonomi, misalnya lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan.
TRIBUN-BALI.COM - Pandemi Covid-19 memukul kuat ekonomi berbagai negara.
Tak hanya negara berkembang tapi juga sangat berdampak pada negara maju.
Sejauh ini ada 6 negara maju yang ekonominya terperosok ke jurang resesi.
Ekonomi mereka bahkan sudah mengalami resesi atau kemerosotan akibat dihantam pandemi virus corona.
Suatu negara dikatakan mengalami resesi apabila Produk Domestik Bruto (PDB) negara itu menurun atau saat pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.
Resesi menyebabkan penurunan seluruh aktivitas ekonomi, misalnya lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan.
Jika ekonomi mengalami penurunan secara drastis, hal ini disebut kebangkrutan ekonomi (economy collapse).
Berikut adalah daftar enam negara maju yang sudah secara resmi jatuh ke jurang resesi:
Perekonomian Korea Selatan mencatat resesi teknis pertama sejak 2003 pada kuartal Juni 2020.
Pembatasan aktivitas akibat dari pandemi virus corona menekan kegiatan ekonomi dan permintaan global.
Melansir Reuters, bank sentral Korsel mengatakan, tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) Korsel mengalami penurunan sebesar 3,3% yang disesuaikan secara musiman pada kuartal Juni.
Sebagai perbandingan, pada kuartal sebelumnya PDB Korsel menurun 1,3%. Kontraksi tersebut jauh lebih buruk daripada kontraksi 2,3% yang terlihat dalam jajak pendapat Reuters.
Ekspor barang dan jasa dari negara dengan perekonomian yang bergantung pada perdagangan ini anjlok 16,6%, atau mencatat angka terburuk sejak kuartal terakhir 1963.
Itu merupakan hampir 40% dari PDB nominal negara tahun lalu.
Konsumsi swasta, yang menghasilkan hampir setengah dari PDB negara itu, bagaimanapun, naik 1,4% berdasarkan basis kuartal-ke-kuartal, naik dari penurunan 6,5% pada kuartal Maret.
Dari tahun sebelumnya, ekonomi Korsel menyusut 2,9% pada periode April-Juni, secara tajam membalikkan ekspansi 1,4% yang terlihat pada tiga bulan sebelumnya.
Penurunan ini juga lebih curam dari penurunan 2,0% yang diperkirakan dalam jajak pendapat Reuters.
2. Jerman
Ekonomi Jerman mengalami kontraksi pada tingkat tertajam atau menembus rekor rekor pada kuartal kedua karena runtuhnya belanja konsumen, investasi perusahaan, dan ekspor selama puncak pandemi Covid-19. Kondisi itu menghapus angka pertumbuhan ekonomi selama hampir 10 tahun.
Reuters memberitakan bahwa kantor Statistik Federal mengatakan output domestik bruto di ekonomi terbesar Eropa itu menyusut 10,1% dalam basis kuartal-ke-kuartal dari April hingga Juni setelah revisi kontraksi 2,0% dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Penurunan ini merupakan yang paling curam sejak badan statistik mulai mengumpulkan data pertumbuhan triwulanan pada tahun 1970 dan lebih buruk dari kontraksi 9% yang diprediksi oleh para ekonom dalam jajak pendapat Reuters.
"Sekarang sudah resmi, ini adalah resesi seabad," kata ekonom DekaBank Andreas Scheuerle.
3. Hong Kong
Ekonomi Hong Kong mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam satu dekade pada tahun 2019 ketika terjadi protes anti-pemerintah yang disertai kekerasan dan tarif perdagangan antara Washington dan Beijing pada kuartal terakhir tahun lalu.
Melansir Reuters, ekonomi Hong Kong menyusut 0,4% yang disesuaikan secara musiman pada Oktober-Desember dari kuartal sebelumnya, versus kontraksi 3,0% yang direvisi pada Juli-September.
Secara tahunan, ekonomi menyusut 2,9%, dibandingkan dengan penurunan 2,8% yang direvisi pada kuartal ketiga.
Untuk keseluruhan tahun 2019, produk domestik bruto riil mengalami kontraksi sebesar 1,2%, penurunan tahunan pertama sejak 2009.
4. Jepang
Perekonomian Jepang tergelincir ke dalam jurang resesi untuk pertama kalinya dalam 4,5 tahun pada kuartal I 2020.
Kondisi ini menempatkan Jepang pada jalur kemerosotan terdalam pascaperang ketika krisis virus corona merusak bisnis dan konsumen.
"Sudah hampir pasti bahwa ekonomi mengalami penurunan yang lebih dalam pada kuartal saat ini," kata Yuichi Kodama, kepala ekonom di Meiji Yasuda Research Institute. "Jepang telah memasuki resesi besar-besaran."
Data produk domestik bruto (PDB) resmi menunjukkan, ekonomi terbesar ketiga di dunia itu mengalami penurunan tahunan sebesar 3,4% pada kuartal pertama 2020.
Sebelumnya, Jepang terakhir kali mengalami resesi di paruh kedua 2015.
5. Singapura
Ekonomi Singapura mengalami kontraksi rekor pada kuartal kedua 2020.
Kondisi itu menyebabkan resesi dan menempatkan negara yang bergantung pada perdagangan tersebut pada kemerosotan terburuk yang pernah terjadi tahun ini ketika wabah virus corona mengekstraksi banyak kerugian pada bisnis.
Produk domestik bruto (PDB) anjlok dengan rekor 41,2% dalam tiga bulan yang berakhir Maret, berdasarkan basis tahunan kuartal ke kuartal, data awal dari Kementerian Perdagangan dan Industri.
Pencapaian tersebut lebih buruk daripada ekspektasi ekonom yakni 37,4% penurunan dalam jajak pendapat Reuters.
Secara year on year, PDB menukik 12,6% dibandingkan perkiraan ekonom yang mematok angka PDB di 10,5%.
Sektor manufaktur tumbuh 2,5% dari tahun lalu, terutama karena lonjakan output di sektor biomedis, meskipun itu masih lebih rendah dari kenaikan 8,2% pada kuartal pertama.
Kemerosotan PDB kali ini merupakan yang kedua kalinya secara berturut-turut bagi Singapura.
Pada kuartal I 2020, ekonomi Singapura menurun 0,3% tahun-ke-tahun (yoy) dan 3,3% kuartal-ke-kuartal. Ini memenuhi definisi untuk resesi teknis.
Perekonomian Amerika Serikat jatuh ke jurang resesi pada kuartal II 2020 setelah mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif 32,9%.
Pada kuartal I 2020, negara adidaya ini mengalami kontraksi 5% pada ekonominya.
Tingkat konsumsi rumah tangga merosot 25%, sementara indeks harga konsumen anjlok 1,5%.
Bisa dikatakan, ini merupakan periode terburuk perekonomian AS, bahkan bila dibandingkan dengan periode Depresi Besar.
Untuk perbandingan saja, kuartal terburuk perekonomian AS selama Krisis Keuangan Global tahun 2008 adalah minus 8,4% pada kuartal IV-2008.
Ancaman Resesi di Indonesia
Indonesia pun menjadi satu diantara negara-negara yang terancam mengalami resesi.
Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, perekonomian Indonesia sudah menunjukkan pelemahan sejak adanya pandemi Covid-19.
Hal ini bisa dilihat dari pertumbuhan ekonomi kuartal I-2020 sebesar 2,97 persen, melambat dari periode sama di tahun lalu yang tercatat 5,05 persen.
"Ini mengindikasikan bahwa produktivitas perekonomian baik dari sisi permintaan dan produksi mengalami penurunan," ungkapnya kepada Kompas.com, Senin (20/7/2020).
Turunnya aktivitas ekonomi nasional berdampak langsung pada dirumahkannya karyawan hingga pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan oleh sebagian besar sektor usaha.
Termasuk pada sektor ekonomi non-formal akibat kebijakan PSBB di berbagai daerah di Indonesia.
PHK di sektor formal yang dilakukan oleh perusahaan, bersamaan dengan pekerja non-formal yang menurun tajam produktivitasnya, pada akhirnya mendorong penurunan pendapatan masyarakat yang kemudian berdampak pada penurunan pengeluaran konsumsi rumah tangga.
"Sebagian besar pekerja non-formal juga terdampak dengan penurunan pengeluaran konsumsi, dan bahkan turun kelas dari sebelumnya masyarakat berpenghasilan menengah menjadi penduduk rentan miskin, bahkan turun kelas menjadi masyarakat pra sejahtera," jelasnya.
Oleh sebab itu, perlambatan ekonomi domestik yang cukup signifikan, membuat Indonesia berpotensi mengalami resesi yakni ketika pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut negatif.
Pemerintah sendiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 akan kontraksi di kisaran minus 3,5 persen hingga minus 5,1 persen, dengan titik tengah di minus 4,3 persen.
Pada kuartal III-2020 diharapkan ekonomi Indonesia kian membaik, meski tetap berpotensi tumbuh negatif, yakni dikisaran minus 1 persen hingga positif 1,2 persen.
"(Resesi) diperkirakan akan berdampak secara riil pada masyarakat dalam hal penurunan pengeluaran konsumsi masyarakat, sehingga mendorong potensi penambahan penduduk rentan miskin dan miskin," ungkapnya.
Senada, rirektur Riset Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan, perekonomian dalam negeri tengah mengalami kontraksi dan ini sudah terlihat sejak kuartal II-2020 dan diperkirakan berlanjut ke kuartal III-2020.
Imbasnya, kini banyak terjadi PHK sehingga meningkatkan jumlah pengangguran dan kemiskinan.
Piter mengatakan, konsekuensi ini tidak bisa dicegah selama wabah masih berlangsung.
"Yang bisa dilakukan adalah mengurangi dampak sosialnya dengan menyalurkan bantuan sosial," kata dia.
Menurutnya, pemerintah hanya bisa menahan agar kontraksi ekonomi tidak semakin dalam, hal itu dilakukan dengan memberikan stimulus bagi dunia usaha dan bansos bagi masyarakat melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
"Juga melalui pelonggaran PSBB (agar ekonomi kembali bergerak)," kata dia.
Apa Itu Resesi? Bagaimana Dampaknya Bagi Indonesia?
Dampak pandemi virus corona di sektor ekonomi telah dirasakan oleh banyak orang.
Mulai dari PHK, pemotongan gaji karyawan, bahkan mereka yang bekerja di sektor informal juga turut terdampak.
Kondisi ini memicu kekhawatiran akan terjadinya resesi ekonomi.
Namun, apa itu resesi?
Melansir Forbes, resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Para ahli menyatakan, resesi terjadi ketika ekonomi suatu negara mengalami produk domestik bruto (PDB) negatif, meningkatnya tingkat pengangguran, penurunan penjualan ritel, dan kontraksi ukuran pendapatan dan manufaktur dalam periode waktu yang panjang.
Resesi dianggap sebagai bagian tak terhindarkan dari siklus bisnis atau irama teratur ekspansi dan kontraksi yang terjadi dalam ekonomi suatu negara.
Kapan resesi terjadi?
Selama resesi, ekonomi menghadapi kesulitan, orang-orang kehilangan pekerjaan, perusahaan membuat lebih sedikit produksi dan penjualan dan output ekonomi negara secara keseluruhan menurun.
Titik di mana ekonomi secara resmi jatuh ke dalam resesi tergantung pada berbagai faktor.
Biro Riset Ekonomi Nasional (NBER) otoritas yang dipercaya menentukan tanggal mulai dan berakhirnya resesi di Amerika Serikat memiliki definisi sendiri tentang resesi.
NBER menyebut resesi sebagai penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang tersebar di seluruh sektor, yang berlangsung lebih dari beberapa bulan, biasanya terlihat dalam PDB riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan grosir-eceran.
Pendefinisian NBER dinilai fleksibel dalam menentukan apa yang dimaksud dengan resesi dan bisa digunakan untuk menganalisa berbagai potensi penyebab resesi.
Sebagai contoh, virus corona yang kemunculannya tidak pernah diprediksi ternyata berpotensi menciptakan resesi berbentuk W, di mana ekonomi turun seperempat, mulai tumbuh, lalu turun lagi di masa depan. (*)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Daftar enam negara dunia yang terperosok ke jurang resesi" dan Kompas.com dengan judul "Indonesia Terancam Resesi, PHK dan Kemiskinan Bakal Meningkat"