Corona di Bali
Hipmi Gebrak dan Kumpul Bersama Gairahkan Pariwisata Bali
Ketua Hipmi Bali, Pande Agus Permana Widura, sangat mengapresiasi atas berkumpulnya 12 BPD Hipmi dari seluruh Indonesia di Bali.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
“Kami jadikan BPD Hipmi Bali sebagai tuan rumah, karena Bali sudah menyelesaikan pelaksaan musda secara virtual dalam situasi Covid-19 ini. Nah karena sudah selesai musda, kemudian harus ada pelantikan dalam rangka memastikan proses konsolidasi organisasi tetap berjalan dengan baik,” ujarnya.
Oleh karena itu, pihaknya juga mengundang beberapa BPD Hipmi dari wilayah lain.
Membahas terkait konsolidasi organisasi dalam hal ini pelantikan dan tahapan musda.
Ia pun menegaskan semuanya dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan.
Ini juga menunjukkan bahwa Bali telah dibuka, dan siap menerima turis kembali walau saat ini masih sebatas turis domestik.
BPD Hipmi yang hadir pun, kata dia, ada dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, NTT, NTB, hingga Papua.
“Saya mengapresiasi perjuangan BPD Hipmi Bali, prinsipnya dalam menghadapi situasi ekonomi sulit ini memang harus berjuang tidak bisa tinggal diam,” tegasnya.
Apalagi sejak awal Maret 2020, semua pengusaha member Hipmi mulai merasakan dampak pandemi Covid-19.
Terutama dari sektor UMKM, jasa perhotelan, dan pariwisata yang mengalami kontraksi luar biasa.
Ia berharap, pengusaha member Hipmi diberikan relaksasi kemudahan dari perbankan, dalam memastikan usaha bisa survive.
Sebab dampak pandemi ini sangat dirasakan, seluruh Indonesia.
Khususnya Bali yang selama ini menjadi barometer Indonesia dalam hal pariwisata.
Namun belakangan terpuruk cukup dalam karena tak ada turis yang datang, akibat pembatasan di dalam dan luar negeri.
“Untuk itu, Hipmi memilih Bali sebagai tuan rumah, harapannya menjadi contoh bagi turis lokal dan domestik agar bisa membantu menggerakkan pariwisata dan datang kembali ke Bali,” katanya.
Ia melihat peluang dari turis asing belum ada, karena masih banyak negara yang melakukan pembatasan.
Sementara dari turis domestik, lebih mampu memberikan peluang membangkitkan pariwisata.
“Tentunya dengan kami datang, kamar hotel terisi, belanja dan lain sebagainya. Kalau bisa Rp 20 juta sampai Rp 30 juta lah per orang,” ujarnya. (*).