Corona di Bali
Kepala LLDikti Wilayah VIII Prof. Dasi Astawa Luncurkan Tiga Buku Terkait Pandemi Covid-19
Dari lima buku yang diluncurkan oleh Prof. Dasi Astawa, tiga di antaranya secara khusus membahas mengenai pandemi Coronavirus Disease 2019
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah VIII (Bali dan Nusa Tenggara), Prof. I Nengah Dasi Astawa berhasil meluncurkan lima buku sekaligus.
Kelima buku yang diluncurkan itu ada yang dia tulis bersama para sahabat dan dua anaknya.
Kelima buku ini dibedah serangkaian peluncuran Excellent Business Class untuk Program Studi Bisnis Digital di Aula Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) STIKOM Bali, Denpasar, Rabu (12/8/2020).
Dari lima buku yang diluncurkan oleh Prof. Dasi Astawa, tiga di antaranya secara khusus membahas mengenai pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
• Update Covid-19 Kota Denpasar, Pasien Sembuh dan Kasus Positif Jumlahnya Sama 7 Orang
• Pegawai Positif Covid-19, Pelayanan di Salah Satu Kantor Desa di Karangasem Ditutup Dua Minggu
• Hasil Tes Swab Positif Covid-19, 10 Tahanan Kejari Denpasar Jalani Karantina dan Terapi Uap Arak
Tiga buku tersebut yakni 'Secercah Sinar Lentera di Kegelapan: Bersama Menghadapi Pandemi Covid-19', 'Legacy Pandemi Covid-19: Antara Musibah dan Berkah' dan 'Strategi Marketing Radikal Tanpa Radikalisme'.
Prof. Dasi Astawa menuturkan, buku mengenai 'Secercah Sinar Lentera di Kegelapan: Bersama Menghadapi Pandemi Covid-19' diberikan judul oleh Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana (FIB Unuf), Prof. I Nyoman Darma Putra.
Kemudian buku yang berjudul 'Legacy Pandemi Covid-19: Antara Musibah dan Berkah' ditulis dengan harapan agar menjadi kenangan di masa yang akan datang.
Dirinya mengatakan, bahwa buku yang berjudul 'Legacy Pandemi Covid-19: Antara Musibah dan Berkah' dalam pengantarnya langsung diisi oleh Wakil Gubernur (Wagub) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace).
"Nanti suud Covid-19, to be luung baca, oh kene. Jani kita tahu ada Flu Spanyol tahun 1918, cen bukune Flu Spanyol, bapak/ibu punya endak buku Flu Spanyol. Nah jadi cang ngae (buku tentang Covid-19), minimal be ngelah kan. Setapak lebih maju cang ken orang lain, walaupun jelek bukun cange," kata Prof. Dasi Astawa.
Selanjutnya buku 'Strategi Marketing Radikal Tanpa Radikalisme' ditulis dengan tujuan untuk menumbuhkan kembali ekonomi masyarakat pascapandemi Covid-19.
Prof. Dasi Astawa menuturkan, dibuatnya berbagai buku tersebut berdasarkan tiga hal.
Pertama merupakan akumulasi pengetahuan dari SD hingga perguruan tinggi.
Kedua yakni berdasarkan apa yang dipandang, dibuat dan didengar dan dilakoni olehnya.
Kemudian yang ketiga berdasarkan diskusi yang dengan berbagai pihak, baik melalui obrolan pagi hari, workshop dan lokakarya.
• Sekolah Tatap Muka di Bangli Direncanakan Sesuai Zona di Desa
• Pesan Jerinx SID: Semoga Tak Ada Lagi Ibu-ibu yang Kehilangan Calon Anaknya karena Rapid Test
• Ini Pesan Jerinx SID Sebelum Dibawa ke Rutan Polda Bali
"Jadi buku saya bersumber dari tiga hal itu, makanya bukunya mengalir," kata dia.
Di sisi lain, Prof. Dasi Astawa menegaskan, apabila pembaca mengetahui kelemahan dari berbagai buku tersebut, maka harusnya menjadi peluang untuk menerbitkan buku lainnya.
Dengan begitu, antara buku yang diterbitkan olehnya dan buku yang bisa diterbitkan oleh pembaca bisa saling bersaing dan bersanding.
Namun apabila pembaca menemui kekurangan dalam buku tersebut dan hanya sibuk menjelekkan, maka hanya menghabiskan waktu dan tidak akan memiliki karya.
"Begitu membaca buku karya saya dan menemukan hal yang lemah maka saya sarankan untuk membuat buku tandingan.
Itu artinya saya memberikan peluang kepada bapak/ibu untuk menjadi orang," tegasnya.
Wagub Cok Ace juga turut mengomentari keberhasilan Prof. Dasi Astawa merampungkan lima buah buku sekaligus dalam kurun waktu yang cukup singkat.
Ia menyampaikan rasa salut terhadap sosok akademisi ini karena belakangan makin produktif menghasilkan karya berupa buku.
"Kalau saya bilang, Prof. Dasi ini menyalahi kodrat. Umumnya orang makin tua produktifitasnya menurun. Prof. Dasi Astawa sebaliknya, ia makin luar biasa," kata Panglingsir Puri Ubud itu.
Guru Besar FIB Unuf Prof. I Nyoman Darma Putra menilai, apa yang dilakukan Prof. Dasi Astawa sebagai hal yang luar biasa.
"Kalau biasanya saya menghadiri peluncuran satu buku ditulis beramai-ramai, kali ini penulisnya satu, bukunya banyak," ucapnya.
Menurutnya, Prof. Dasi Astawa merampungkan buku di waktu yang sangat tepat, karena bersamaan dengan pembukaan kelas baru ITB STIKOM Bali, apalagi salah satu buku tersebut berkaitan dengan strategi bisnis.
Dalam kesempatan itu, Prof. Darma Putra juga menyampaikan bahwa apa yang dilakukan Dasi Astawa layak dijadikan contoh bagi mereka yang ingin merampungkan karya berupa buku.
"Buku yang baik adalah buku yang selesai dikerjakan. Sehebat apapun ide, kalau tidak dieksekusi ya tidak akan jadi," paparnya. (*)