Pasca Tragedi Ledakan Dahsyat, Lebanon Kini Catat Rekor Kasus Covid-19 Harian Tertinggi

Satu di antara dampak dari ledakan yang mengguncang ibukota ini, rumah sakit setempat kewalahan menghadapi pasien.

Editor: Eviera Paramita Sandi
AFP/Anwar Amro
Pemandangan yang terlihat di lokasi sehari setelah terjadi ledakan dahsyat di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Rabu (5/8/2020) pagi waktu setempat. Dua ledakan besar terjadi di Kota Beirut menyebabkan puluhan orang meninggal, ratusan lainnya luka-luka, dan menimbulkan berbagai kerusakan pada bangunan di kawasan ledakan hingga radius puluhan kilometer. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang. AFP/Anwar Amro 

"Namun hal itu membuat tingkat penularan yang lebih tinggi dan beban kasus yang besar dalam beberapa minggu mendatang," kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) pada Senin (10/8/2020).

Menurut laporan, setidaknya 15 fasilitas medis, termasuk tiga rumah sakit besar, mengalami kerusakan parah akibat ledakan itu.

Penilaian terhadap 55 pusat kesehatan di Beirut menunjukkan, hanya 47 persen saja yang masih dapat memberikan layanan rutin secara penuh.

Kisah paramedis yang jadi korban Ledakan

Hingga kini suasana duka masih menyelimuti Lebanon pasca ledakan dahsyat yang terjadi di Beirut.

Satu di antara korban meninggal adalah seorang paramedis bernama Sahar Fares.

Kala itu, Sahar Fares tengah berjibaku menghadapi kebakaran sebab tergabung dalam tim pemadam kebakaran sebagai paramedis.

Dengan berlinang air mata, ibunda Sahar Fares menyebut tidak akan pernah bisa memaafkan orang yang bertanggung jawab atas kematian putrinya.

Sahar Fares, salah satu paramedis yang menjadi korban tewas dalam ledakan pertama terjadi di Pelabuhan Beirut, Lebanon.

"Apa yang bisa saya katakan? Ini kerugian yang sangat besar. Seharusnya, kami bisa bersenang-senang di rumah, dia dan saudara-saudaranya, tertawa dan bercanda. Itu kerugian yang sangat besar."

"Apa pun yang mereka lakukan di Lebanon, apa gunanya bagi saya? Putri saya telah berada di puncak hidupnya. Saya membesarkannya selama 26 tahun hanya untuk pergi dalam satu malam."

"Apa yang bisa saya lakukan? Semoga Tuhan tidak mengampuni mereka atas apa yang mereka lakukan," ujar ibunya, dikutip dari Sky News, Senin (10/8/2020).

Sahar merupakan satu di antara orang yang pertama hadir di tempat kejadian, sebelum ledakan kedua terjadi.

Keluarga Sahar Fares, salah satu paramedis pertama yang menjadi korban tewas dalam ledakan pertama terjadi di Pelabuhan Beirut, Lebanon. Kakaknya Maria dan sang suami, serta ayahnya.

Mereka pikir, panggilan itu lebih dari sekadar panggilan tugas rutin, tapi tidak terlalu berbahaya.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved