Koster: Bali Terlalu Asik Bangun Pariwisata Sampai Lupa dengan Budaya Agraris

Gubernur Bali, Wayan Koster menilai, Bali sudah terlalu asik dalam pembangunan pariwisata.

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Dokumentasi Pemprov Bali
Foto: Gubernur Bali Wayan Koster melepas 10 ton ekspor kakao fermentasi Subak Abian Dwi Mekar, Desa Poh Santen, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Kamis (20/8/2020) 

Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana

TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Gubernur Bali, Wayan Koster menilai, Bali sudah terlalu asik dalam pembangunan pariwisata.

Apalagi pembangunan pariwisata tersebut sampai meninggalkan unsur utama perekonomian Bali yang dikenal sebagai budaya agraris.

Padahal pertanian telah membuktikan diri sebagai salah satu sektor unggulan di Pulau Dewata yang tetap bertahan tatkala pariwisata kehilangan wisatawan, baik akibat peristiwa bom Bali dan pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

Melihat fenomena tersebut, Koster menyerukan agar dunia pertanian harus dibangun secara nyata dari hulu sampai hilir karena melihat belakangan ini dunia pertanian Bali sangat tertinggal.

F1Z Putih Terpantau Display di Dealer Yamaha Bali

Gamya Mandaka, Penyanyi Remaja Asal Denpasar, Launching Lagu Berjudul Sabda

4 Zodiak Ini Dinilai Memiliki Kedewasaan Emosional di Atas Rata-rata, Apa Zodiakmu Termasuk ?

Padahal kalau dicatat, budaya agraris itu telah melahirkan organisasi kemasyarakatan Subak yang khusus mengatur sistem pengairan sawah.

Organisasi ini terbukti dapat mengharmoniskan hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan manusia dengan alam lingkungannya hingga menjadi daya tarik pariwisata dunia.

"Dengan melihat peristiwa itu, kita sudah seyogyanya memperhatikan pertanian dari hulu sampai hilir," ujar Koster saat melepas 10 ton ekspor kakao fermentasi di Subak Abian Dwi Mekar, Desa Poh Santen, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Bali, Kamis (20/8/2020).

"Sangat tertinggal dunia pertanian kita, belum lagi ada petani kita yang ngambek, karena tidak diberikan kepastian harga. Petani kita sudah capek-capek mencangkul, memberikan pupuk, merawat hasil pertaniannya, dan memanen, namun tidak laku hasil panennya," imbuhnya.

Agar kejadian ini tidak terulang kembali, Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini dengan tegas mengajak Bupati/Walikota se-Bali agar memperhatikan nasib petani dengan memberikan kepastian harga dan menyediakan pasarnya.

"Sekaranglah momentum yang tepat menyeimbangkan sektor pertanian Bali, pariwisata dengan industri branding Bali. Caranya kita tangani lebih serius dan lebih terarah, hasil produksi gabah yang sebelumnya diambil oleh tengkulak, harus dikendalikan sekarang," cetusnya. (*).

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved