Menteri Perindustrian Optimis Pemangkasan Impor Bakal Meningkatkan Produksi Manufaktur Nasional
“Kondisi pandemi Covid-19 membuat kita menyadari perlunya pendalaman struktur industri. Sehingga perlu upaya tepat untuk mengatasi ketergantungan
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Wema Satya Dinata
“Kemudian, peningkatan pasar ekspor bagi produk industri dalam negeri. Dengan pendalaman struktur industri sehingga kita tidak lagi bergantung pada negara lain,” ujar Menperin Agus.
Adapun instrumen pengendalian impor dalam rangka mendukung program substitusi impor 35% pada tahun 2022, meliputi larangan terbatas, pemberlakuan pre-shipment inspection, pengaturan entry point pelabuhan untuk komoditas tertentu ke luar pulau Jawa, pembenahan LSPro, serta mengembalikan dari pemeriksaan post-border ke border dan rasionalisasi Pusat Logistik Berikat.
Berikutnya, menaikkan tarif Most Favored Nation untuk komoditas strategis, menaikkan implementasi trade remedies (safeguard, antidumping, countervailing duty), SNI wajib atau technical barrier to trade, serta penerapan P3DN secara tegas dan konsisten.
Menperin menambahkan, peta jalan Making Indonesia 4.0 telah ditetapkan untuk mendorong akselerasi transformasi manufaktur menuju Industri 4.0.
Making Indonesia 4.0 menargetkan Indonesia masuk dalam peringkat 10 besar ekonomi terbesar dunia di tahun 2030.
Target tersebut sejalan dengan meningkatnya kontribusi ekspor netto terhadap PDB hingga 10 persen, produktivitas terhadap biaya yang meningkat hingga dua kali lipat, serta pengeluaran terkait riset dan pengembangan (R&D) yang mencapai 2 persen produk domestik bruto (PDB).
Making Indonesia 4.0 juga diharapkan berkontribusi pada upaya substitusi impor bagi industri.
Tujuh sektor industri telah ditetapkan sebagai prioritas pengembangan Industri 4.0 di Tanah Air, meliputi sektor makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, kimia, elektronika, serta penambahan dua sektor baru, yaitu industri farmasi dan industri alat kesehatan.
“Industri farmasi dan industri alat kesehatan juga masuk menjadi sektor prioritas industri 4.0. Ini adalah salah satu upaya Kemenperin untuk segera mewujudkan Indonesia yang mandiri di sektor kesehatan,” ujar Menteri Agus.
Ia menjelaskan, industri farmasi dan industri alat kesehatan perlu didorong untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri secara mandiri.
“Inovasi dan penerapan industri 4.0 di sektor industri alat kesehatan dan farmasi dapat meningkatkan produktivitas sektor tersebut,” papar Menteri Agus.
Ia juga menegaskan, pemerintah bertekad menjaga aktivitas sektor industri manufaktur di tengah dampak pandemi Covid-19.
Sebab, sektor strategis ini terbukti menjadi motor penggerak perekonomian nasional.
Oleh karena itu, selain menjaga keberlangsungan usahanya, pemerintah juga menekankan pada penerapan protokol kesehatan secara ketat guna mencegah penularan virus korona baru.
“Pada triwulan II tahuh 2020, industri pengolahan nonmigas mengalami kontraksi sebesar 5,74 persen. Namun demikian, kontribusinya terhadap PDB masih terbesar dengan capaian 17,83 persem,” ungkapnya.