Corona di Bali
Minimalisir Siswa Stres Saat Ikuti Pembelajaran Daring, Disdikpora Bali Tak Lagi Berikan Target
Disdikpora Bali Tak Lagi Berikan Target Kurikulum bagi Guru, Minimalisir Siswa Stres Saat Ikuti Pembelajaran Daring
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Di tengah pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), pemerintah menerapkan kebijakan agar proses pembelajaran dilakukan dari rumah.
Kebijakan study from home ini nampaknya menimbulkan beberapa efek negatif.
Salah satunya, siswa yang mengikuti pembelajaran melalui dalam jaringan (daring) atau online kerap mengalami stres.
Guna meminimalisir timbulnya stres bagi peserta didik, Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Provinsi Bali selalu menekankan kepada guru agar dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh tidak memberikan materi seperti suasana normal.
• Wakapolres Badung Ingatkan Peserta PAG 2020 untuk Percaya Diri
• Andrea Dovizioso Tak Yakin Bisa Juara MotoGP 2020, Ini Alasannya
• Hindari Antrean Membludak, Masyarakat Diharapkan Lakukan Klaim JHT BPJS Ketenagakerjaan Lewat Online
"Jadi capaian kurikulumnya tidak ditarget," kata Boy saat dihubungi Tribun Bali melalui sambungan telepon, Selasa (25/8/2020).
Boy menuturkan, jika capaian kurikulum guru ditarget maka guru akan berupaya mentransfer ilmunya seakan-akan seperti suasana normal dengan pembelajaran tatap muka.
Situasi inilah yang menyebabkan siswa dan orangtua sebagai pendamping merasa kewalahan.
Berangkat dari persoalan tersebut, Boy mengatakan, bahwa pihaknya telah mengadakan workshop guna memberikan bimbingan teknis pembelajaran di masa pandemi Covid-19.
"Semua sekolah sudah melaksanakan workshop itu," kata mantan Kepala Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Provinsi Bali itu.
Boy menjelaskan, dalam workshop tersebut ada dua hal yang sangat ditekankan.
Pertama, agar guru terbiasa melakukan pembelajaran secara daring sehingga tidak lagi gagap dengan teknologi.
Kedua, ditekankan dengan metode pembelajaran.
Metode ini sangat ditekankan teknisnya sehingga para siswa bisa mengikuti pembelajaran yang lebih adaptif.
Sementara dikabarkan oleh Kompas.com (Kompas Gramedia Group), pandemi Covid-19 dengan jumlah kasus yang terus bertambah membuat Dinas Pendidikan di sejumlah wilayah memperpanjang waktu pembelajaran jarak jauh (online) hingga waktu yang belum dapat ditentukan.
Walau bertujuan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19, sayangnya Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima banyak pengaduan terkait dengan anak-anak yang stres akibat pembelajaran jarak jauh.
"Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima pengaduan sejumlah orangtua siswa yang mengeluhkan anak-anak mereka malah stres karena mendapatkan berbagai tugas setiap hari dari para gurunya," papar Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti dalam keterangan tertulis, Rabu (18/3/2020), mengutip dari akun media sosial Kampus Guru Cikal.
Kampus Guru Cikal bersama dengan Keluarga Kita, Komunitas Guru Belajar dan Sekolahmu yang tergabung dalam gerakan Sekolah Lawan Corona memaparkan sejumlah alasan mengapa anak bisa stres selama pembelajaran jarak jauh.
Berikut 5 hal penyebab anak menjadi stres:
1. Murid hanya diminta merangkum materi pembelajaran.
2. Tidak ada pengarahan cara penggunaan aplikasi media belajar digital.
3. Murid diminta mengerjakan soal-soal di LKS dengan jumlah soal yang banyak.
4. Murid tidak terlibat dalam perencanaan cara belajar.
5. Hanya sekedar mengerjakan soal tanpa interaksi antara guru dan murid.
Bentuk pengajaran jarak jauh ramah anak.
Dengan pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak, semestinya pembelajaran jarak jauh tidak membuat anak stres.
Justru, anak bisa tersemangati karena ia mempelajari banyak hal baru dengan cara berbeda dari biasanya.
Sekolah Lawan Corona melalui program "Temu Pendidik Spesial" yang diselenggarakan secara daring, Kamis (19/3/2020) memaparkan, sejumlah solusi untuk guru maupun orangtua agar anak tak mudah stres saat belajar jarak jauh.
Dibawakan oleh Guru Febriandhini dari SMP Lazuardi Al Falah GIS dan Guru Choifah dari MA Walisongo serta dipandu Guru Yanuar dari Sekolah Cikal Surabaya, berikut 7 (tujuh) tip pengajaran ramah anak:
1. Ciptakan kolaborasi antara anak dan orangtua dalam penugasan dan target belajar. Sehingga anak tak akan merasa belajar sendirian.
2. Lakukan perbedaan konten, proses, produk, dan tenggat waktu pengumpulan tugas menyesuaikan dengan kondisi rumah dan lingkungan tiap-tiap anak. Orangtua bisa berkoordinasi dengan guru bila menemukan hambatan dalam pengerjaan tugas. Guru juga diharapkan solutif atas masalah tersebut.
3. Variasikan aktivitas pembelajaran jarak jauh, baik daring maupun luring, sehingga anak tidak hanya merangkum dan mengerjakan soal setiap hari.
4. Target pembelajaran jarak jauh bukanlah pengumpulan tugas semata, tetapi juga menanamkan kebiasaan belajar di mana saja.
5. Buka akses komunikasi di banyak jaringan, dengan pesan WAG, konferensi video atau kunjungan rumah, dengan partisipasi orangtua, murid, maupun pengasuh di rumah.
6. Koordinasi dengan guru-guru yang lain apakah ada tugas yang bisa diintegrasikan dan tenggat waktu tugas mana yang perlu diprioritaskan.
7. Hubungkan materi pelajaran dengan kegiatan anak membantu orangtua di rumah, sehingga tidak hanya kebiasaan belajar yang ditanamkan, tetapi juga mendekatkan orangtua dengan anak.(*).