Direktur WHO: "Nasionalisme Vaksin" Hambat Upaya Penghentian Pandemi Covid-19

Dia menegaskan, vaksin harus digunakan secara adil dan efektif, salah satunya melalui proyek vaksin global COVAX.

Editor: Wema Satya Dinata
Shutterstock/Alexandros Michailidis
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus 

TRIBUN-BALI.COM - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan pada Jumat (4/9/2020), "nasionalisme vaksin" hanya akan menghambat upaya menghentikan pandemi Covid-19 global.

Dia menegaskan, vaksin harus digunakan secara adil dan efektif, salah satunya melalui proyek vaksin global COVAX.

Untuk diketahui, WHO memimpin pengembangan dan pendistribusian massal vaksin corona bernama COVAX yang saat ini sudah mendapat dukungan dari Jepang, Uni Eropa, dan Jerman.

Dikutip dari Reuters, Jumat (4/9/2020), Tedros berkata saat ini ada 78 negara kaya yang bergabung dengan rencana alokasi vaksin global COVAX, sehingga totalnya menjadi 170 negara.

Liga I Indonesia 2020 Dilanjutkan, Fadil Sausu: Siap Berikan Terbaik untuk Bali United

Antisipasi Isu Krisis Pangan Tahun 2021, Sandiaga Uno Jabarkan Langkah yang Harus Dilakukan UMKM

Viral Video Awan Berbentuk Huruf V di Wonosobo, Berbahayakah? Begini Penjelasan BMKG

Jumlah ini disebut Tedros akan terus bertambah.

Dia mendesak negara lain untuk bergabung dalam fasilitas ini sebelum 18 September 2020 sebagai komitmen yang mengikat.

WHO bersama dengan aliansi vaksin GAVI memimpin fasilitas COVAX yang bertujuan membantu membeli dan mendistribusikan suntikan vaksinasi secara adil ke seluruh dunia.

 Namun ada beberapa negara yang telah mengamankan pasokan vaksin untuk negaranya sendiri melalui kesepakatan bilateral, seperti Amerika Serikat.

Negara-negara ini sudah memastikan tidak akan bergabung dengan COVAX.

"Nasionalisme vaksin akan memperpanjang pandemi, bukan memperpendeknya," kata Tedros dalam briefing WHO di Jenewa, tanpa menyebut negara mana pun.

 “Jika dan ketika kita memiliki vaksin yang efektif, kita juga harus menggunakannya secara efektif. Dengan kata lain, prioritas pertama yang harus dilakukan adalah mengimunasi beberapa orang di semua negara. Bukan memvaksin semua orang, tapi hanya di beberapa negara," katanya.

Dia menambahkan, kelompok yang menjadi prioritas mendapat vaksin paling awal adalah petugas kesehatan, orang tua lanjut usia, dan mereka yang memiliki gangguan penyakit tertentu.

Tedros berterima kasih kepada Jerman, Jepang, Norwegia, dan Komisi Eropa karena bergabung dengan COVAX dalam seminggu terakhir.

“Tentunya pada pertengahan 2021 kita harus melihat vaksin benar-benar diberikan ke masyarakat di masing-masing negara," kata kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan, mengulangi komentar sebelumnya.

Login cekbansos.siks.kemsos.go.id Cek Status Penerima BLT Rp 500.000 

Aktivis 98 Ini Sebut Jerinx adalah Tahanan Politik Bisnis Kesehatan

Ramalan Zodiak Kesehatan 6 September 2020: Capricorn Hati-hati Penyakit Mental, Mood Cancer Baik

Saat ini sudah ada 13 kandidat vaksin yang masuk dalam uji klinis atau percobaan ke manusia.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved