Kekeringan, 40 Hektar Sawah di Buleleng Gagal Panen
40 hektar sawah yang terletak di dua kecamatan, yakni Sawan dan Buleleng mengalami gagal panen, karena tidak kebagian air
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, BULELENG - Musim kemarau yang terjadi di Buleleng, Bali, saat ini berdampak pada komoditas pertanian.
Tercatat sudah ada 40 hektar sawah yang terletak di dua kecamatan, yakni Sawan dan Buleleng mengalami gagal panen, karena tidak kebagian air.
Kepala Dinas Pertanian Buleleng, I Made Sumiarta dikonfirmasi Selasa (22/9/2020), mengatakan, 40 hektar tanaman padi yang mengalami gagal panen itu tersebar di 8 subak.
Masing-masing di Subak Lanyahan dan Subak Babakan yang ada di Desa/Kecamatan Sawan, Subak Babakan dan Subak Lanyahan yang ada di Desa Kerobokan, Kecamatan Sawan, Subak Babakan di Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Subak Sidayu yang ada di Kelurahan Penarukan, Kecamatan Buleleng, Subak Anyar Tegal di Desa Jinengdalem, Kecamatan Buleleng, dan Subak Anyar, Desa Padang Keling, Kecamatan Buleleng.
Gagal panen ini terjadi lantaran 8 subak itu mengalami krisis air, sehingga padi-padi yang telah ditanam pun mati kekeringan.
• Lima Tersangka Kepruk Kaca di Jembrana Didor Polisi
• Miliki 58,46 Gram Sabu dan 780 Butir Pil Nitrazepam, Putu Slamet Dituntut 14 Tahun Penjara
• Diduga Korban Tabrak Lari, Seorang Kakek Tergeletak Luka-luka di Jalan By Pass Ngurah Rai Denpasar
Sumiarta menyebut, sejatinya pihaknya sudah melakukan sosilasiasi kepada para petani untuk menghindari menanam padi saat musim kemarau ini.
Petani diarahkan menanam tanaman pengganti seperti kedelai atau jagung.
Namun tidak sedikit petani yang justru mengambil risiko dengan tetap melakukan penanaman padi di musim kemarau ini.
"Kami juga tidak bisa menyalahkan petani. Penanaman padi sebenarnya sudah dilakukan tiga bulan lalu, dan September 2020 ini harusnya sudah panen. Tapi karena kondisi cuaca seperti ini, air jadi krisis. Kami sudah dari dulu berikan sosialisasi ke petani agar mengatur pola tanam. Jangan tanam padi kalau krisis air, sehingga diharapkan menanam tanaman pengganti selain padi," ucap Sumiarta.
Meski sudah ada 40 hektar sawah yang mengalami gagal panen, Sumiarta menyebut, hal tersebut tidak memengaruhi produksi beras yang ada di Buleleng.
• Daftar Biaya Swab Test PCR Covid-19 Mandiri di 8 Rumah Sakit dan Klinik di Denpasar dan Sekitarnya
• BREAKING NEWS- 6 Orang Staf Puskesmas I Dentim Positif Covid-19, Pelayanan Puskesmas Tutup Sementara
• Kembali ke Bali, Foto Keluarga Luna Maya di Pondok Pisang Curi Perhatian
Sebab, luas lahan pertanian yang ada di Bumi Panji Sakti ini mencapai 9.587 hektar, dimana per hektarnya mampu memproduksi gabah sebanyak lima hingga enam ton.
"Mudah-mudahan sih gagal panen ini tidak meluas. Dari segi produksi, kami optimis masih bisa surplus karena ditopang oleh subak lain. Kami juga berupaya memberikan bantuan berupa peminjaman mesin pompa air kepada kelompok-kelompok subak, untuk bisa mengairi tanaman agar gagal panen tidak sampai 100 persen, " jelas Sumiarta.
Sumiarta juga tidak memungkiri, selama pandemi Covid-19 ini, anggaran yang dimiliki pihaknya di-refocusing untuk penanganan Covid-19.
Sehingga bantuan yang diberikan pihaknya kepada para petani berupa benih padi tidak begitu optimal.
"Tetap akan kami data yang terdampak. Sehingga hasilnya akan direkap agar diberikan bantuan di tahun 2021. Mudah-mudahan anggaran bisa diperoleh untuk membantu petani. Selain itu kami juga mendorong petani agar ikut program asuransi," tuturnya.
(*)