PM Netanyahu Sebut Israel Menuju Tepi Jurang karena Kasus Covid-19 Melonjak Drastis
Pembatasan baru mengharuskan semua bisnis dan tempat kerja, kecuali yang ditunjuk penting, untuk ditutup setidaknya selama dua
TRIBUN-BALI.COM, YERUSALEM - Kabinet Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memutuskan untuk memperketat penguncian wilayah Israel setelah dia mengatakan lonjakan infeksi virus corona mendorong negara itu ke tepi jurang.
Israel kembali terkunci, yang kedua selama pandemi, pada 18 September 2020. Namun selama seminggu terakhir, jumlah kasus baru setiap hari telah mencapai hampir 7.000 di antara populasi 9 juta dan sangat membebani sumber daya di beberapa rumah sakit.
"Jika kita tidak mengambil langkah segera dan sulit, kita akan mencapai ujung jurang," kata Netanyahu dalam sambutan publik kepada kabinet, yang bertemu selama sekitar delapan jam, Kamis (24/9/2020).
Pembatasan baru mengharuskan semua bisnis dan tempat kerja, kecuali yang ditunjuk penting, untuk ditutup setidaknya selama dua minggu mulai Jumat (25/9/2020).
Daftar tersebut akan dirilis hari ini, menurut pernyataan resmi pemerintah.
• Menkeu Sri Mulyani: Indonesia Masuki Resesi Ekonomi September 2020
• 5 Zodiak Paling Memesona, Scorpio Bisa Menghipnotis Orang Lain dengan Pesonanya
• 5 Zodiak Ini Butuh Waktu Lama Membalas Chat Pacar, Aquarius Tak Ingin Terikat Ponsel
Menteri Keuangan Israel Katz dan Gubernur Bank of Israel Amir Yaron keberatan dengan pembatasan baru tersebut, menurut kementerian keuangan, yang memperkirakan kerusakan dari penguncian selama tiga minggu terhadap perekonomian sekitar 35 miliar shekel (sekitar Rp151 triliun).
Israel sudah berada dalam resesi dan pengangguran di atas 11 persen.
Sekolah akan tetap ditutup, tetapi sinagoga akan tetap buka pada Yom Kippur, Hari Pendamaian Yahudi, minggu depan, meskipun jumlah jamaah akan dibatasi. Partai-partai agama dalam pemerintahan koalisi dengan keras menentang penutupan sinagog.
Sebuah survei yang diterbitkan oleh Israel Democracy Institute pada Rabu menunjukkan hanya 27 persen warga Israel yang mempercayai penanganan Netanyahu terhadap krisis virus corona.
Ribuan pengunjuk rasa berkumpul setiap minggu di luar kediamannya di Yerusalem untuk menyerukan pengunduran dirinya atas tuduhan korupsi.
Benjamin Netanyahu telah menolak tuduhan dari para aktivis bahwa aturan penguncian yang lebih ketat, beberapa menunggu persetujuan parlemen, sebagian dimaksudkan untuk menghentikan demonstrasi ini.
Sejak wabah dimulai, 1.316 orang telah meninggal di Israel dan sekitar 200.000 kasus virus corona telah dilaporkan.
Gelombang kedua infeksi saat ini terjadi menyusul pelonggaran pembatasan pada Mei dari penguncian yang diberlakukan pada Maret 2020.
Vaksin Sinovac
Sementara itu, Sinovac Biotech berharap dapat memasok vaksin Covid-19 buatannya ke lebih banyak negara Amerika Selatan dengan mengalihkan beberapa prosedur manufaktur ke mitranya di Brasil.
Demikian pernyataan kepala eksekutif perusahaan China itu, Kamis (24/9/2020).
Para perusahaan global pembuat vaksin, seperti Sinovac dan AstraZeneca, telah bermitra dengan Brazil untuk melakukan pengujian tahap akhir calon vaksin mereka di negara terbesar Amerika Selatan itu, yang sedang bergelut sebagai negara ketiga di dunia yang memiliki jumlah tertinggi kasus corona.
Menurut Kepala Eksekutif Sinovac Yin Weidong, Kamis, perusahaan itu berencana menyediakan produk setengah jadi kepada mitranya, Instituto Butantan, yang akan melakukan pengisian dan pengemasan serta memasok barang jadi ke negara-negara Amerika Selatan lainnya.
China memasukkan kandidat vaksin buatan Sinovac, CoronaVac, dalam program penggunaan darurat di China yang diluncurkan pada Juli.
Namun, pengujian tahap akhir di luar negeri belum selesai sehingga menimbulkan kekhawatiran di antara para ahli soal keamanan vaksin tersebut.
Negara bagian Brasil, Sao Paulo, juga kemungkinan akan mulai mengimunisasi penduduknya dengan vaksin Sinovac pada pertengahan Desember, dan sedang menunggu izin dari regulator, kata gubernurnya.
Yin mengatakan perusahaannya bersedia berkolaborasi dan berbagi data dengan negara lain tentang penggunaan darurat vaksin jika mereka membutuhkan program semacam itu.
Ia juga mengatakan Sinovac sedang berada dalam pembicaraan dengan sejumlah negara, antara lain Chile, untuk melakukan studi klinis Tahap 3.
"Berbagai negara memiliki opsi mereka sendiri tentang otorisasi penggunaan darurat," kata Yin, yang menambahkan bahwa dia tidak tahu apakah mereka akan mengikuti langkah China.
Kandidat vaksin lain yang dikembangkan oleh anak perusahaan dari China National Pharmaceutical Group (Sinopharm) yang didukung negara, mendapatkan persetujuan penggunaan darurat minggu lalu di Uni Emirat Arab, tempat vaksin itu masih diuji.
Sumber: antaranews.com