Punya Cita Rasa Khas dan Dulu Sangat Digemari, Tape Lodtunduh Kini Terancam Punah
Desa Lodtunduh, Kecamatan Ubud, Gianyar, Bali selama ini memiliki ciri khas dalam hal jajanan, yakni tape lodtunduh atau jajanan dari permentasi sing
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR – Desa Lodtunduh, Kecamatan Ubud, Gianyar, Bali selama ini memiliki ciri khas dalam hal jajanan, yakni tape lodtunduh atau jajanan dari fermentasi singkong.
Pada zamannya, tape lodtunduh ini sangat digemari, lantaran memiliki ciri dan rasa berbeda dari tape ada umumnya.
Perbekel Lodtunduh, I Wayan Gunawan, Minggu (27/9/2020) mengatakan, pihaknya sangat menyayangkan, salah satu dari ciri khas desanya terancam punah.
Saat ini, pihaknya tengah memikirkan cara supaya masyarakat kembali menghidupkan usaha tradisional ini.
“Saat ini hampir punah, karena masyarakat jarang ada yang mau menggeluti usaha tradisional ini,” ujar Gunawan.
• Umanis Kuningan, Bendungan Taman Sari Gianyar Mendadak Ramai Dikunjungi
• 28 Peserta Dinyatakan Lolos Seleksi Adminitrasi Lelang Jabatan Eselon II B di Kota Denpasar
• Mabes TNI Buka Penerimaan Calon Perwira Prajurit Karir, Ini Syarat dan Cara Daftarnya, Gratis!
Menurut Gunawan, ada berbagai hal yang menyebabkan tape lodtunduh memiliki ciri dan rasa berbeda dengan tape pada umumnya.
Satu di antaranya adalah bahan singkongya.
Kata dia, singkong yang ditanam oleh masyarakat di Desa Lodtunduh memiliki perbedaan pada singkong pada umumnya.
Hal ini disebabkan kondisi tanah di Desa Lodtunduh relatif berbeda dengan daerah lainnya.
“Di sini tanahnya relatif berpasir, karena itu cita rasa singkong di sini berbeda dengan di tempat lain, belum lagi cara pengolahannya yang masih tradisional sehingga rasa tapenya itu sangat baik, beda dengan tape pada umumnya,” ujarnya.
• Bos Yamaha Tegaskan Valentino Rossi Masih Kompetitif pada Usia 41 Tahun
• Gara-gara Ambil HP Jatuh dari Dashboard Mobil, Perempuan Ini Tabrak 3 Pengemis Hingga Tewas
• Terkait Anggota Koperasi di Klungkung yang Ramai Tarik Uang Simpanannya, Begini Sebut Wayan Ardiasa
Selama ini, kata dia, sistem pemjualannya masih sangat tradisional. Yakni menitipkannya ke warung-warung.
Pihaknya berencana akan memperbaiki kemasannya supaya bisa bersaing dengan jajanan lainnya, dan diharapkan bisa diterima di toko-toko besar.
“Ini merupakan kuliner bersejarah. Kami akan menggeliatkannya kembali, dengan sistem pemasaran yang baik. Selama ini hanya dijual di warung-warung dan di pasar Sukawati,” ujarnya. (*)