Corona di Indonesia
Cerita Pengubur Jenazah Covid-19: Ditolak Warga, Menangis Melihat Keluarga Korban
Petugas pengantar dan pengubur jenazah Covid-19 juga berjuang tanpa lelah. Mereka bekerja dalam diam, berikut ini kisahnya
“Satu jenazah butuh waktu kurang lebih satu jam sampai selesai penguburan. Itu kalau keluarganya enggak permasalahkan. Kalau keluarga tolak, tarik ulur, kami tunggu kadang sampai tiga-empat jam bertahan panasnya APD,” terang dia.
Jika dalam sehari jika 9 jenazah yang dikubur, maka Nusa dan rekannya harus bertahan dengan panas dan gerah APD selama kurang lebih 9 sampai 10 jam.
“Tapi kami nikmati. Siapa lagi yang mau berbuat,” pungkasnya.
Saat jenazah tiba di TPU, tim penggali kubur dari Dinas Perumahan Rakyat dan Permukiman (Disperkim) Samarinda sudah menyiapkan lubang makam.
Jenazah tidak langsung dimakamkan.
Secara singkat tim pemakam dan tim penggali kubur memberi penghormatan terakhir.
“Setelah itu kami turunkan. Kami kerja sama sampai ke penimbunan tanah makam,” tutur dia.
Usai penguburan, APD yang digunakan lebih dahulu disemprot untuk sterilisasi baru dilepas perlahan agar tak terjangkit.
“Begitu kami lepas APD itu rasanya lega minta ampun. Kadang teman-teman tiduran di aspal saking leganya,” tandas dia.
Nusa bersama rekan-rekannya mengaku tidak merasa kendala apa pun terkait rutinitas tersebut.
• Kisah Driver Ojol Dapat Order Fiktif 14 Ayam Geprek dan Tabungan Dikuras Penipu yang Sama
• Promo Alfamart 1-15 Oktober 2020: Serba Gratis, Kado Ultah Hingga Promo 30% Underware
• Promo Indomaret 1 Oktober 2020: Super Hemat & Heboh, Minyak Goreng, Popok, Detergen Hingga Kosmetik
Stok APD dan ambulans pengangkut jenazah Covid-19 tercukupi.
“Jadi aman saja,” tuturnya.
Sejak terlibat dalam penanganan Covid-19, Nusa dan rekan-rekannya jarang pulang ke rumah.
Mereka tinggal di Kantor BPBD Samarinda.
Itu agar mengurangi kontak erat dengan anggota keluarga di rumah masing-masing.