Corona di Indonesia
Cerita Pengubur Jenazah Covid-19: Ditolak Warga, Menangis Melihat Keluarga Korban
Petugas pengantar dan pengubur jenazah Covid-19 juga berjuang tanpa lelah. Mereka bekerja dalam diam, berikut ini kisahnya
Tiba di lokasi jenazah Covid-19, Nusa bersama rekannya biasa mendoakan sebentar.
Jenazah Covid-19 yang mau diangkat menuju ambulans biasanya sudah diaturkan rapi dalam peti.
• Pariwisata Mati Suri Terdampak Pandemi Covid-19, Angka Pengangguran di Bali Bakal Meningkat
• Update Covid-19 di Denpasar, Kasus Sembuh Bertambah 44 Orang, Positif 36 Orang, Meninggal 1 Orang
• 11 Pasien Terkonfirmasi Positif Covid-19 di Jembrana Sembuh
“Kami tinggal angkat naikin ke ambulans terus bawa ke TPU Raudlatul Jannah, Tanah Merah,” jelas Nusa.
Begitu alurnya ketika ada pasien positif Covid-19 yang meninggal dan dimakamkan secara protokol kesehatan Covid-19.
“Kadang beriringan lima sampai enam mobil ambulans sekali jalan bawa jenazah. Sedih rasanya,” tutur Nusa.
Hingga Rabu (30/9/2020), jumlah kasus kematian karena Covid-19 di Samarinda mencapai 104 orang.
Angka tersebut terbesar kedua setelah Kota Balikpapan yakni 175 orang.
Ditolak Warga Rasa Panas dan Gerah Saat Pakai APD
Tak ada yang dikeluhkan dari rutinitas itu.
Tim Nusa selalu gerak cepat menunaikan tugasnya jika ada pasien positif Covid-19 meninggal.
“Hanya panas dan pengap saat kami pakai APD. Itu yang enggak tahan,” tutur Nusa.
Tak ada sirkulasi udara lancar saat mengenakan APD.
Di bagian hidung dan mulut hanya satu-satunya keluar masuk udara, itu pun harus dilapisi masker.
“Keringat biasa tertampung di sepatu bot dan sarung tangan. Jadi gerah sekali,” jelas dia.
Situasi itu mereka alami sejak menjemput jenazah hingga usai mengubur dan menimbun.