Mahabharata Kembali Tayang di TV: Kisah tentang Kekuasaan, Moral, hingga Perempuan-perempuan Tangguh
Stasiun ANTV kembali menayangkan serial Mahabharata yang sebelumnya pernah tayang pada tahun 2014 dan 2015 silam.
Penulis: Widyartha Suryawan | Editor: Widyartha Suryawan
TRIBUN-BALI.COM - Kisah perjalanan hidup Wangsa Bharata kembali akan menghibur waktu Anda di siang hari.
Sebab, sejak 23 September 2020 lalu, stasiun ANTV kembali menayangkan serial Mahabharata yang sebelumnya pernah tayang pada tahun 2014 dan 2015 silam.
Serial yang dibintangi oleh Shaheer Sheikh, Saurabh Raj Jain, dan Pooja Sharma ini dapat disaksikan setiap pukul 13.30 WIB.
Wiracarita Mahabharata adalah epos besar India yang banyak diadaptasi ke dalam berbagai bentuk kesenian di Indonesia.
Di Bali, kisah Mahabharata kerap dipentaskan melalui pertunjukan wayang dan tari-tarian.
Tak hanya di Bali, karya sastra kuno yang secara tradisional ditulis oleh Begawan Vyasa itu juga cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Epos Mahabharata terdiri dari 18 bagian (parwa) atau sering juga disebut sebagai Astadasaparwa.
• Mahakurawa: Membaca Kisah Mahabarata dari Perspektif Kurawa
Mahabharata menceritakan kisah hidup Wangsa Bharata, mulai dari kelahiran tokoh Bharata hingga perseteruan Pandawa dan Kurawa yang menyebabkan pecahnya perang Bharatayudha.
Mahabharata dapat pula disebut sebagai sebuah kisah yang kompleks tentang kekuasaan, eksistensi manusia, dan ambiguitas tentang yang baik dan yang buruk.
Karena memiliki dimensi pemikiran yang kompleks, kisah Mahabharata yang kerap ditampilkan dalam kesenian wayang menjadi cerminan hidup manusia.
Franz Magnis-Suseno dalam buku Wayang dan Panggilan Manusia menyebut moral wayang memberi kita pemahaman tentang ambiguitas dan kompleksitas hidup.
Dalam wiracarita Mahabarata, misalnya, kebenaran tidak ditampilkan secara hitam-putih, baik-buruk, atau benar-salah.
Kita, misalnya, mungkin kagum dengan sosok Drona dan Bhisma dalam banyak hal.
Tetapi, hingga akhir hidupnya, kedua sosok itu berdiri untuk membela Kurawa yang picik -- meskipun sadar bahwa kebenaran ada di pihak Pandawa.
Begitulah kisah wayang justru menampilkan ambiguitas sebab permasalahan yang ditampilkan begitu luas.