40 Korban Kena Gas Air Mata Saat Aksi di Kampus Unud, Aliansi Bali Tidak Diam Jelaskan Kronologinya
Dari 40 korban tersebut, tiga orang di antaranya terkena langsung letusan gas air mata di tubuhnya.
Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Komang Agus Ruspawan
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Wayan Erwin Widyaswara
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Tercatat ada 40 orang korban dalam aksi menolak UU Cipta Kerja yang berujung rusuh di kawasan Kampus Universitas Udayana (Unud), Jalan Sudirman, Denpasar, pada Kamis (8/10/2020).
Hal ini diungkapkan Juru bicara Aliansi Bali Tidak Diam, Abror Tanjila, dalam konferensi pers yang digelar di kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bali, Jalan Plawa, Denpasar, Jumat (9/10/2020) sore.
"Kurang lebih ada 40 korban terkena gas air mata, belasan mendapatkan luka ringan dan 5 orang pingsan dan harus mendapatkan tindakan medis," kata Abror.
Abror mengungkapkan, dari 40 korban tersebut, tiga orang di antaranya terkena langsung letusan gas air mata di tubuhnya. "Ada anak persma juga yang kena," kata Abror.
Mahasiswa jurusan Arkeologi Unud ini menjelaskan kronologi detail kejadian kemarin dari awal mulai aksi sampai massa membunarkan diri.
Kronologi versi Aliansi Bali Tolak Diam
Pukul 14.00 wita, masa aksi berkumpul di dalam Kampus Universitas Udayana, Sudirman, Denpasar dan mulai melakukan long march menuju Jalan Jenderal Sudirman, tepatnya di depan Sekolah Santo Yoseph.
Pukul 14.30-18.00 wita, masa aksi dengan melakukan mimbar bebas sampai pukul 18.00 wita.
Pukul 18.00 wita, masa aksi diam ditempat sembari menunggu adzan, tetapi dari arah utara terlihat aparat kepolisian sudah mulai menyiapkan barikade dan bergerak mendekati masa aksi.
Pukul 18.15 wita, masa aksi berusaha untuk tetap tenang sembari menunggu adzan selesai, namun tiba-tiba aparat kepolisian menembakan gas air mata kearah kerumunan masa aksi.
Pukul 18.20 wita, masa terpencar karena tembakan gas air mata dari pihak aparat kepolisian dan tersebar ke tiga titik yaitu Kampus Universitas Udaya, Student Centre Universitas Udayana, dan Jalan Waturenggong.
Pukul 18.30 wita, mayoritas masa berkumpul ke kampus Sudirman Universitas Udayana untuk mengevaluasi diri.
Pukul 18.30 wita sampai 19.00 wita, sayangnya aparat melakukan intimidasi hingga masuk ke dalam kampus, yang mana seharusnya kampus menjadi area central yang tidak boleh dimasuki aparat.
Pukul 19.00 wita sampai 20.00 wita, setelah aparat keluar area kampus, masa masih melakukan evaluasi diri di dalam kampus, namun pihak aparat kepolisian terus menembakkan gas air mata ke arah kampus, sehingga menyebabkan kurang lebih 40 korban terkena gas air mata, belasan mendapatkan luka ringan dan 5 orang pingsan dan harus mendapatkan tindakan medis.
Pukul 20.30 wita, pihak warga sekitar kampus Universitas Udayana melakukan mediasi terhadap aparat kepolisian dan masa aksi karena warga sekitar mulai terganggu oleh gas air mata yang ditembakkan oleh aparat kepolisian.
Pukul 21.00 wita, masa aksi perlahan pulang meninggalkan kampus Universitas Udayana.
Konferensi pers di Kantor LBH Bali dihadiri juga oleh Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unud, Dewa Gede Satya Ranasika Kusuma, dan Pendamping Hukum Aliansi Bali Tidak Diam, Kadek Vany Primaliraning,yang juga selaku Direktur LBH Bali
Mengenai aksi yang tiba-tiba terpecah dua kemarin, Ketua BEM Unud Dewa Gede Satya Ranasika Kusuma menegaskan hal itu memang diluar kontrol dari pihaknya. Sehingga, aksi di kawasan Kantor DPRD Bali, Renon, Denpasar pecah dan sempat terjadi kerusuhan antara peserta aksi dan aparat kepolisian.
"Mengenai penjelasan massa aksi di Renon, perlu ditegaskan bahwa surat pemberitahuan aksi kami itu titik aksi kami memang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirmam, jadi memang hasil teknis lapangan sebelum digelarnya aksi, memang tidak pernah ada kesepakatan untuk melakukan aksi di Renon, namun ada memang massa yang dengan inisiatif sendiri, tanpa arahan komando, mereka berjalan ke gedung DPRD, karena di sana tidak ada komando, sehingga terjadi tindakan diluar rencana kami," kata Dewa Gede Satya.
Dewa Gede Satya juga menjelaskan, beberapa massa aksi di Sudirman, sudah sempat melakukan penjemputan ke massa aksi yang ada di kawasan Gedung DPRD Bali sehingga proses berjalannya aksi di Renon bisa segera terhenti, dan kembali ke Sudirman.
Terkait adanya tuduhan bahwa aksi tersebut disusupi oleh oknum tidak bertanggungjawab, Aliansi Bali Tidak Diam dengan tegas menyatakan tidak ada susupan.
"Penyusup sih tidak ada, hanya mis komunikasi saja di antara kita. Karena sesuai hasil konsolidasi itu titik kumpulnya di kampus udayana, dan jalan jenderal sudirman seperti surat yang kami sampaikan ke kepolisian," kata Juru Bicara Aliansi Bali Tidak Diam, Abror.
Namun demikian, Abror dan Dewa Satya selaku Ketua BEM Unud mengakui memang aksi yang mereka gelar kemarin ada massa yang memang secara spontanitas tergerak hatinya untuk ikut bergabung dengan aksi mahasiswa Unud.
"Karena kan masyarakat pasti membaca pengumuman aksi kami di media sosial, yang merasa keberatan dengan adanya UU Cipta Kerja, mereka secara keinginan sendiri ikut bergabung, bukan penyusup," kata Dewa Gede Satya. (*)