Pementasan Calonarang di Tebesaya Gianyar, Bak Kembali ke Zaman Kuno, Astana: Nuansa Sakral kental

Meskipun pementasan Calonarang, di Banjar Tebesaya, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar tanpa penonton, Minggu (11/10/2020) malam.

Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Ady Sucipto
Dok istimewa
Pementasan barongket dalam calonarang di Banjar Tebesaya, Desa Peliatan, Ubud, Minggu (11/10/2020) malam. 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Meskipun pementasan Calonarang, di Banjar Tebesaya, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar tanpa penonton, Minggu (11/10/2020) malam.

Namun hal tersebut tidak berkesan buruk bagi masyarakat setempat.

Malahan kondisi sepi tersebut, membawa mereka kembali pada situasi sebelum tahun 1980-an. Di mana suasana sakral sangat kental.

Informasi dihimpun Tribun Bali, Senin (12/10/2020), pementasan Calonarang di Tebesaya ini hanya berlangsung singkat, dimulai dari pukul 19.00 Wita dan berakhir pukul 21.00 Wita.

Pantang Ditiadakan, Calonarang di Pura Dalem Tebesaya Ubud Digelar Nanti Malam Tanpa Penonton

Calonarang di Depan Bajra Sandhi, Sisi Lain dalam Aksi Tolak HK di Bali

Wagub Cok Ace Nyolahang Topeng Sidakarya di Bentuyung Sakti, Kerap Pula Ngayah Tari Calonarang

Di mana biasanya pementasan calonarang, paling cepat berakhir pukul 00.00 Wita.

Ringkasnya pementasan tersebut karena memangkas berbagai tarian.

Mulai dari tiadanya pengarjan, bebondresan (lawakan) hingga onying.

Sebab poin penting dala ritual aci calonarang ini adalah rangda melakukan ritual aci di margi agung (jalan raya) sebagai cara untuk menetralisir kekuatan negatif yang menyengsarakan alam semesta.

Krama setempat, I Nyoman Astana mengatakan, kesan sakral sangat kental dalam penyalonarangan kali ini. Kata dia, dirinya seperti kembali pada situasi sebelum tahun 1980an.

"Kata orang tua, dulu aci calonarang memang seperti ini. Baru di tahun 1980an ke atas itu mulai menjadi tontonan.

Kemarin, kesan sakralnya sangat kental. Apalagi dalam pementasan diiringi hujan gerimis. Dan, usai pementasan jam sembilan, hujan deras pun turun," ujarnya.

Jro Bendesa Peliatan, I Ketut Sandi berterima kasih pada berbagai pihak karena telah ikut menyukseskan upacara aci calonarang tersebut.

Kata dia, pementasan memang dirancang sependek mungkin.

Sebab esensi utama dari aci ini adalah 'pesegehan di margi agung'.

"Mulai dari jam 7 selesai jam 9. Bisa singkat, karena diperingkas. Karena poinnya, rangda melakukan pesegehan di margi agung sebagai penetralisir kekuatan negatif," ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved