Dharma Wacana
Bagaimana Upacara Ngaben Sebelum Buda Kliwon Pegat Uwakan?
Aturan ngaben usai Buda Kliwon Pegat Uwakan, apa saja yang harus dilakukan dan persiapkan?
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Irma Budiarti
Laporan Wartawan Tribun Bali, A A Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Umat Hindu Bali sejak lama telah mengenal adat-istiadat yang diwariskan dari leluhur terdahulu.
Aturan dalam upacara dan upakara Hindu Bali diikuti umat dengan baik bertahun-tahun.
Namun Ida Pedanda Gede Bang Buruan Manuaba, mengatakan agama Hindu juga tidak kaku.
Satu di antaranya jika ada kematian atau upacara ngaben, sebelum selesai Buda Kliwon Pegat Uwakan.
“Kita sebagai umat Hindu, kita berdharma agama dan berdharma negara. Kita melaksanakan agama dengan sebaik-baiknya, kita juga taat dengan aturan-aturan yang digariskan guru wisesa atau pemerintah,” jelasnya kepada Tribun Bali, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Pandangan Ida Pedanda Gede Bang Buruan Manuaba Terkait Ngidih Via Online
Ia menjelaskan rentetan hari raya Galungan, sampai Buda Kliwon Pegat Uwakan atau Buda Kliwon Pahang.
“Dalam Sugihan Jawa, sampai dengan Buda Kliwon Pahang atau Buda Kliwon Pegat Uwakan. Maka di sana umat Hindu betul-betul memuliakan Galungan secara spesifik,” katanya.
Tidak ada kegiatan lain daripada kegiatan yang dimuliakan, yakni Galungan itu.
Sebab Galungan juga berarti memuliakan leluhur.
Di tengah-tengah periode ini, ada namanya Pemacekan Agung.
Yang bermakna keseimbangan, mulai dari Sugian Jawa, Pemacekan Agung, hingga Buda Kliwon Pahang.
“Pada waktu kita merayakan hari raya Galungan, dari Sugian Jawa sampai Buda Kliwon Pegat Uwakan, kita terarah terfokuskan tidak akan mengambil kegiatan atau seremoni upacara lainnya seperti manusa yadnya,” tegasnya.
Maka masyarakat pada umumnya, mengatakan “sing ade dewasa jani” (tidak ada hari baik sekarang).
Sebelum hari lewat dari Buda Kliwon Pahang atau Pegat Uwakan.