Biografi

Biografi I Komang Gede Sanjaya, Berawal Kerja di Hotel hingga Jabat Wakil Bupati Tabanan

Ia merupakan seorang warga yang lahir dan besar di Banjar Dauh Pala, Desa Dauh Peken, Tabanan, Bali.

Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/I Made Prasetia Aryawan
I Komang Gede Sanjaya didampingi istrinya saat melakukan pemilihan pada Pilpres 2019 lalu di Balai Banjar Dauh Pala, Desa Dauh Peken, Tabanan. 

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Tak banyak masyarakat Tabanan yang mengetahui kisah hidup Dr I Komang Gede Sanjaya, S.E., M.M.

Ia merupakan seorang warga yang lahir dan besar di Banjar Dauh Pala, Desa Dauh Peken, Tabanan, Bali.

Sosoknya kini lebih dikenal sebagai pejabat Pemkab Tabanan yakni Wakil Bupati Tabanan.

Padahal ia sebelumnya telah banyak berpengalaman di bidang accounting dan bisnis properti.

Baca juga: 10 Mobil Terlaris hingga Kuartal III 2020, Suzuki Carry & Daihatsu Gran Max Catat Hasil Mengejutkan

Baca juga: Pejabat Pentagon AS Angkat Bicara Soal Kunjungan Menteri Prabowo Subianto: Dia Rekan Kami

Baca juga: Update Covid-19 Bali, 17 Oktober: Kasus Positif Bertambah 92 Orang, 99 Pasien Sembuh dan 2 Meninggal

Sanjaya merasa sangat beruntung memiliki bakat bergaul dengan semua kalangan dan dibebaskan bergaul oleh orang tua sejak kecil hingga dewasa.

Selama perjalanan hidupnya ia tak pernah memandang suku ras dan agama dalam hal bergaul.

 Semua orang menurutnya adalah rezeki yang berwujud teman.

Sehingga, jumlah temannya tak bisa dihitung karena saking banyaknya baik itu dari kalangan apapun.

"Jadi sejak kecil saya tak memandang ras suku dan agama jika bergaul. Semua itu adalah teman saya. Itu dalam sebuah prinsip dalam hidup saya," ujar Komang Gede Sanjaya.

Seiring waktu berjalan, pria asal Banjar Dauh Pala, Desa Dauh Peken, Tabanan ini menyelesaikan sekolahnya sejak TK hingga SMA di Tabanan.

Kemudian, ketika tamat SMA ia mendapat saran dari keluarganya untuk masuk ke salah satu universitas dengan mengambil jurusan Ekonomi.

Saran itu pun ia terima. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Warmadewa dengan mengambil jurusan Ekonomi.

"Setelah tamat SMA, saya kemudian melanjutkan sekolah perguruan tinggi di Denpasar. Saat masuk ke Perguruan Tinggi dan atas saran dari keluarga saya mengambil jurusan ekonomi. Dengan harapan nantinya bisa bekerja di perbankan," tuturnya.

Pria kelahiran 4 Oktober 1966 ini melanjutkan, ketika selesai menempuh pendidikan jurusan Ekonomi tersebut, ia justru bukan ke perbankan namun ke hotel sebagai accounting mengingat tamatannya adalah Sarjana Ekonomi.

Baca juga: Promo JSM Alfamart 16-18 Oktober 2020, Beli Beras Hingga Minyak Goreng dengan Harga Murah

Baca juga: Bali United Gelar Game Internal, Pemain Cetak Banyak Gol

Baca juga: Ketua TGPF Jamin Hasil Laporan Investigasi Kasus Penembakan di Intan Jaya Papua Transparan

"Kalau bukan kerja di hotel, bukan orang bali saat itu. Karena dulu zaman itu hotel merupakan primadona," katanya.

Beberapa tahun kerja di hotel sebagai accounting, sekitar tahun 1993 tiba-tiba dirinya diminta berhenti kerja di hotel oleh salah satu keluarganya.

 Ia disarankan untuk menempuh pendidikan lagi di managemen properti.

Ia pun sempat bingung mengambil keputusan, karena saat itu ia sedang menikmati pekerjaannya dan fokus dalam karirnya di hotel.

"Waktu itu saya sempat bingung, ketika lagi nyamannya di hotel diminta untuk berhenti kerja di hotel dan melanjutkan kuliah lagi. Akhirnya saya meminta saran dan koordinasi kepada keluarga. Astungkara keluarga saya mendukung. Saya diminta untuk mencari ilmu setinggi-tingginya untuk bekal hidup. karena saat itu saya juga masih muda dan belum menikah," imbuhnya.

Setelah itu, ia pun berangkat ke Jakarta untuk mengambil studi manajemen properti selama setahun saja.

 Tahun 1994 lalu, ia pun memulai usaha properti menjadi developer (pengembang) seperti menjual tanah kapling, perumahan dan sebagainya yang berhubungan dengan properti.

Saat itu, menjadi developer adalah pilihan yang baik, karena usaha properti saat itu sedang booming-nya. 

"Saya dulu jual tanah kapling, perumahan dan sebagainya yang berhubungan dengan properti. Bayangkan saat itu properti sedang booming-nya," 

Hingga akhirnya reformasi pun bergulir di tahun 1998.

Saat itu, teman-temannya justru datang ke dirinya.

Temannya mengajak Sanjaya agar mengisi gerakan reformasi ini untuk membuat sebuah perubahan.

Tapi saat reformasi tersebut, ia belum ingin terjun ke dunia politik, namun ia lebih memilih menjadi donatur gerakan tersebut. Ia pun menjadi donatur saat itu untuk gerakan reformasi. 

Beberapa tahun berselang, teman-temannya kembali datang kepada diriinya. Sebab, menurut teman-teman dirinya tidak cocok hanya menjadi donatur.

Ia diminta untuk terjun ke dunia politik.

Setelah mendapat saran, ia pun mempertimbangkannya. Setelah dengan pertimbangan yang matang, akhirnya ia didaulat menjadi pengurus anak ranting di Banjar Dauh Pala, tempat kelahirannya.

"Jadi awalnya sekitar usia 35 tahun saya didaulat menjadi pengurus anak ranting. Jadi saya dari bawah sekali, bisa dibilang dari bayi lah," ucapnya.

Ketika jadi anak ranting dirinya mulai bisa melihat perbedaan bagaimana dari segi me-manage antara dunia properti dengan dunia politik.

Dia mengungkapkan, di dunia properti yang digunakan adalah ilmu pasti, tapi di politik tak bisa menggunakan ilmu pasti.

"Ibaratnya jika di dunia properti 2x2 itu hasilnya 4, jika di politik 2x2 itu tak menentu bisa menjadi 20. Nah dari sana saya baru mengetahui perbedaannya manage-nya," jelasnya.

Pada tahun 2009 untuk pertama kalinya ia mengikuti pemilihan umum yakni Pileg.

Saat itu ia lolos menjadi anggota DPRD Tabanan. Tak sampai setahun, ada perhelatan pesta demokrasi lagi yakni Pilkada Tabanan 2010.

 Kemudian saat Pilkada Tabanan 2010 ia didaulat menjadi Calon Wakil Bupati Tabanan mendapingi Calon Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti.

"Jadi sekitar kurang sari setahun saya jadi DPRD Tabanan kemudian didaulat jadi calon Wakil Bupati Tabanan pada 2010 lalu dan terpilih. Hingga akhirnya saya dua periode mendampingi Ibu Eka," tuturnya.

Keberhasilaan tersebut juga mendapat apresiasi dari PDIP Tabanan. Sanjaya yang dulunya hanya pengurus ranting, pada 2014 lalu ia dipilih menjadi Ketua DPC PDIP Tabanan hingga sekarang.

Sungguh prestasi yang luar biasa. Di sela-sela menjadi Wakil Bupati Tabanan periode 2010-2020 ia juga telh berhasil menyelesaikan S3.

Ia menyelesaikan gelar Doktor di IHDN Denpasar pada pertengahan 2018 lalu.

Setelah dua periode menjadi pimpinan daerah Tabanan, pada Pilkada 2020 ini ia kemudian mendapat rekomendasi dari PDIP Pusat menjadi Calon Bupati Tabanan.(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved