Muncul Selebaran Ajak Rusuh & Menjarah saat Demo di Depan Kantor Demokrat Bali, Mudarta Lapor ke AHY
selebaran tersebut berisi kata-kata ajakan untuk melakukan aksi secara rusuh dengan menjarah, dan membakar tempat-tempat penting di Kota Denpasar
Penulis: Ragil Armando | Editor: Wema Satya Dinata
Pasalnya menurut dia, selebaran-selebaran tersebut merusak stabilitas politik dan keamanan di Bali.
"Masyarakat sekarang sedang susah, jadi hal-hal seperti ini bisa berbahaya, kami minta Polisi untuk mencari Pelakunya," tandasnya.
Mudarta mengatakan walaupun ada disana pembuat mengatasnamakan elemen Mahasiswa seperti LPM UNUD dan lainnya tapi Mudarta meragukan jika ajakan provokatif dibuat oleh Mahasiswa.
"Saya tidak yakin jika ini dibuat oleh Mahasiswa, jadi harus dicari siapa provokatornya," ungkap Mudarta.
Ia juga mengatakan bahwa pihaknya juga sudah melaporkan kejadian tersebut ke Ketua Umum DPP Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Dalam laporannya, ia mengaku bahwa AHY meminta kader Demokrat di Bali tetap tenang dan menjaga kondusifitas Bali.
“Kita jangan sampai melebar, kami laporkan secara internal ke pusat,” paparnya.
Pun begitu, ia menegaskan sikap partainya yang tetap menolak Undang-undang Omnibus Law Ciptaker.
Menurut dia, ada beberapa poin dalam undang-undang tersebut yang menurutnya merugikan kaum buruh atau pekerja.
“Kan ada beberapa poin sesuai aspirasi mahasiswa dan buruh, Namanya aspirasi diperjuangkan kan sesuai tagline kita harapan rakyat perjuangan Demokrat,” ucapnya.
Sementara itu pihak Aksi Bali Tidak diam membantah jika pihaknya yang memasang selebaran ajakan untuk berbuat kerusuhan.
"Kami tidak pernah menyebarkan provokasi untuk membuat rusuh, aksi kami pada Kamis (22/10/2020) besok adalah aksi damai, bukan untuk rusuh," jelas Presiden BEM Universitas Udayana Dewa Gede Satya Ranasika Kusuma
Pihak Aksi Bali tidak diam juga menjelaskan jika Pamflet asli yang mereka buat selama ini hanya berlatar warna hitam dan putih.
"Pamflet kami yang asli hanya ada dua warna, hitam dan putih, kami tidak pernah memberi warna lain, kalau selebaran provokasi itu sangat berbeda," beber Dewa. (*)