Muncul Selebaran Ajak Rusuh & Menjarah saat Demo di Depan Kantor Demokrat Bali, Mudarta Lapor ke AHY
selebaran tersebut berisi kata-kata ajakan untuk melakukan aksi secara rusuh dengan menjarah, dan membakar tempat-tempat penting di Kota Denpasar
Penulis: Ragil Armando | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Jelang dilaksanakannya kembali aksi demo tolak Undang-undang Omnibus Law Cipta Kerja (Ciptaker), Kamis (22/10/2020), berbagai selebaran gelap muncul di beberapa titik di Kota Denpasar, Rabu (21/10/2020).
Menariknya, selebaran tersebut berisi kata-kata ajakan untuk melakukan aksi secara rusuh dengan menjarah, dan membakar tempat-tempat penting di Kota Denpasar.
Selebaran itu sendiri dipasang di beberapa titik tempat-tempat vital pemerintahan dan politik.
Seperti di Sekretariat DPD Demokrat Bali dan di depan gedung Dinas Kebudayaan Bali.
Baca juga: Cegah Korupsi di Masa Pandemi & Pilkada 2020,KPK Perkuat Sinergi dengan Aparat Penegak Hukum di Bali
Baca juga: Satu Tahanan Polisi di Buleleng Terkonfirmasi Positif Covid-19
Baca juga: Beredar Poster Provokatif Jelang Demo Penolakan Omnibus Law di Denpasar, Polda Bali Angkat Bicara
Selain itu juga terpasang juga di depan Gedung Keuangan Negara (GKN) Kemenkeu Bali.
“BEM bersama rakyat Bali bergerak. Mari kita kumpul untuk melakukan aksi unjuk rasa terhadap pemerintah. Serang, hancurkan, jarrah dan bakar #BALITIDAKDIAM #MOSITIDAKPERCAYA,” demikian bunyi selebaran yang dipasang di depan Sekretariat DPD Demokrat Bali, Renon, Denpasar.
Sontak mendapat kantornya dipasang selebaran gelap tersebut, Ketua DPD Demokrat Bali, Made Mudarta buru-buru menuju Kantor DPD Demokrat Bali.
Sesampai di depan kantor Demorkat Bali, ia langsung mencabut selebaran-selebaran yang terpasang di kantor partai besutan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Kepada awak media, politikus asal Jembrana itu mengaku kaget dengan tindakan-tindakan tersebut.
“Untung teman-temsn media ngasih tahu, saya perintahkan Satgas Rajawali mencabut,” ujarnya di depan Kantor DPD Demokrat Bali.
Menurut Mudarta Selebaran tersebut sangat berbahaya.
"Ini sangat berbahaya dan menurut saya ini lebih kejam dari pada Teroris," ungkap Mudarta.
Ia juga menyoroti kata-kata yang ada di selebaran tersebut.
Mudarta mengatakan bahwa kata-kata tersebut sangat provokatif dan berbahaya apabila ada masyarakat yang terhasut.
Baca juga: Rapid Test Massal Lapas Kerobokan: 633 Orang Reaktif, 6 Orang Diantaranya Pegawai Lapas
Baca juga: 5 Mimpi yang Membawa Pertanda Baik, Banyak Rezeki Hingga Semua Keinginan Tercapai
Baca juga: Siswi SMP Melahirkan di Rumah Sendiri, Terbongkar Setelah Ditemukan Bayi Laki-laki
Mudarta juga meminta pihak kepolisian untuk mengusut tuntas selebaran tersebut.
Pasalnya menurut dia, selebaran-selebaran tersebut merusak stabilitas politik dan keamanan di Bali.
"Masyarakat sekarang sedang susah, jadi hal-hal seperti ini bisa berbahaya, kami minta Polisi untuk mencari Pelakunya," tandasnya.
Mudarta mengatakan walaupun ada disana pembuat mengatasnamakan elemen Mahasiswa seperti LPM UNUD dan lainnya tapi Mudarta meragukan jika ajakan provokatif dibuat oleh Mahasiswa.
"Saya tidak yakin jika ini dibuat oleh Mahasiswa, jadi harus dicari siapa provokatornya," ungkap Mudarta.
Ia juga mengatakan bahwa pihaknya juga sudah melaporkan kejadian tersebut ke Ketua Umum DPP Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Dalam laporannya, ia mengaku bahwa AHY meminta kader Demokrat di Bali tetap tenang dan menjaga kondusifitas Bali.
“Kita jangan sampai melebar, kami laporkan secara internal ke pusat,” paparnya.
Pun begitu, ia menegaskan sikap partainya yang tetap menolak Undang-undang Omnibus Law Ciptaker.
Menurut dia, ada beberapa poin dalam undang-undang tersebut yang menurutnya merugikan kaum buruh atau pekerja.
“Kan ada beberapa poin sesuai aspirasi mahasiswa dan buruh, Namanya aspirasi diperjuangkan kan sesuai tagline kita harapan rakyat perjuangan Demokrat,” ucapnya.
Sementara itu pihak Aksi Bali Tidak diam membantah jika pihaknya yang memasang selebaran ajakan untuk berbuat kerusuhan.
"Kami tidak pernah menyebarkan provokasi untuk membuat rusuh, aksi kami pada Kamis (22/10/2020) besok adalah aksi damai, bukan untuk rusuh," jelas Presiden BEM Universitas Udayana Dewa Gede Satya Ranasika Kusuma
Pihak Aksi Bali tidak diam juga menjelaskan jika Pamflet asli yang mereka buat selama ini hanya berlatar warna hitam dan putih.
"Pamflet kami yang asli hanya ada dua warna, hitam dan putih, kami tidak pernah memberi warna lain, kalau selebaran provokasi itu sangat berbeda," beber Dewa. (*)