Rapid Test Massal Lapas Kerobokan: 633 Orang Reaktif, 6 Orang Diantaranya Pegawai Lapas

Rapid Test Massal Lapas Kerobokan: 633 Orang Reaktif, 6 Orang Diantaranya Pegawai Lapas

Penulis: Putu Candra | Editor: Aloisius H Manggol
Tribun Bali / Firizqi Irwan
Personel kepolisian berbaris di depan pintu gerbang Lapas Kerobokan mengawal pemindahan napi ke Lapas Nusakambangan, Jawa Tengah pada Rabu (27/3/2019). 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pihak Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Kerobokan telah melakukan rapid test massal terhadap seluruh Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) serta para pegawai.

Rapid test massal dilakukan selama tiga hari, dimulai dari tanggal 19 Oktober 2020 dan berakhir, Rabu (21/10), diikuti 1.294 warga binaan dan 36 pegawai lapas.

Dari laporan rapid test yang diterima, sebanyak 627 warga binaan dan 6 orang pegawai lapas dinyatakan reaktif.

Pemeriksaan hari pertama dilakukan dengan mengambil sampel para warga binaan yang ada di lima wisma. Yakni wisma Kuta, wisma Amed, wisma Bedugul, wisma Sanur dan wisma Ubud.

Di hari kedua, menyasar penghuni wisma Danau Batur, wisma Lovina, wisma Taman Ayun dan wisma GWK.

Sedangkan dihari ketiga rapid test massal dilakukan terhadap penghuni wisma Alas Kedaton, wisma Kintamani, wisma Nusa Lembongan, wisma Tampaksiring, wisma Tirta Gangga.

Ditambah bagian dapur dan pura, rehabilitasi dan klinik

Saat dikonfirmasi, Kepala Divisi Pemasyarakatan (Kadivpas) Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Bali, Suprapto menjelaskan, pemeriksaan terhadap seluruh warga binaan dan pegawai itu sebagai langkah pencegahan penyebaran covid-19 di Lapas Kerobokan.

Untuk itu, pihak Lapas Kerobokan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Badung melakukan pemeriksaan secara bertahap selama tiga hari.

"Rapid test sudah dilakukan di Lapas Kerobokan dan hasilnya memang signifikan cukup banyak," jelasnya melalui sambungan telepon, Rabu (21/10) malam.

Dikatakan Suprapto, adanya mereka yang reaktif di Lapas Kerobokan kemungkinan disebabkan imun yang turun.

Pula kondisi kehidupan para warga binaan di lapas.

"Kalau di lapas dirapid kemungkinan besar hasilnya reaktif. Ini kenapa, karena warga binaan tidurnya berdesakan dan panas. Kadang ada yang tidak bisa tidur dan memilih begadang, ngobrol.

Kalau tidak tidur sampai pagi itu berdampak pada kondisi tubuh dan otomatis imunnya turun. Reaktif itu kemungkinan imunnya turun atau ada penyakit bawaan," tuturnya.

"Kami juga telah menganjurkan kepada para warga binaan agar istirahat cukup, dan tidak begadang. Menjaga kebersihan mengikuti anjuran cuci tangan dan pakai masker.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved