Wiki Bali
WIKI BALI - Mengenal Lebih Dekat Jenis-jenis Canang dan Fungsinya
Berdasarkan buku Himpunan Tetandingan Upakara Yadnya, Yayasan Dharma Acarya, canang berasal dari dua suku kata, yaitu ca dan nang.
Penulis: Anak Agung Seri Kusniarti | Editor: Alfonsius Alfianus Nggubhu
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Bagi umat Hindu Bali keberadaan canang sangat penting dalam sebuah upacara keagamaan.
Canang digunakan sebagai sarana dalam melaksanakan kegiatan peribadatan untuk mempersembahkan sesajen.
Canang biasanya dibuat sendiri menggunakan bahan berupa janur kelapa.
Baca juga: Hadiahnya Sempat Disepelekan, Nagita Slavina Berikan Motor Seharga Rp 1 Miliar Untuk Raffi Ahmad
Baca juga: Wanita Asal Bondowoso Ditemukan Tewas di Badung Bali, Diduga Overdosis Obat
Baca juga: Hasil Liga Champions - Atletico Madrid Dibantai Muenchen, Luis Suarez Ulangi Trauma Masa Lalu
Baca juga: 5 Shio Paling Beruntung 22 Oktober 2020: Shio Kerbau Manfaatkan Hubungan Pertemanan
Agung Yuniana, setiap hari mebanten (membuat) canang di rumahnya.
Ia lakukan ini sebagai bagian dari adat budaya dan ajaran agama Hindu di Bali.
"Selain itu kewajiban mebanten canang ini juga untuk memohon perlindungan, dan mengucapkan terimakasih atas rahmat yang diberikan Ida Sang Hyang Widhi pada keluarga kami," jelasnya kepada Tribun Bali, Selasa (20/10/2020).
Canang telah menjadi bagian dari rutinitas, masyarakat Hindu Bali selama ini.
Namun tak banyak yang paham dan tahu, apa makna dan fungsi hadirnya canang dalam kehidupan sehari-sehari warga Pulau Dewata.
Berdasarkan buku Himpunan Tetandingan Upakara Yadnya, Yayasan Dharma Acarya, canang berasal dari dua suku kata, yaitu ca dan nang.

Yang berarti tujuan yang dimaksud (kamus Kawi-Bali). Dengan demikian, maksud dan tujuan canang adalah sebagai sarana bahasa Weda untuk memohon keindahan (Sundharam) kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Dijelaskan, canang dapat dikatakan sebagai penjabaran dari bahasa Weda melalui simbol-simbolya.
Di antaranya, canang yang dialas ceper adalah simbol Ardha Candra. Sedangkan canang yang dialasi sebuah tamas kecil sebagai simbol Windhu.
Di dalam ceper berisi sebuah porosan, adalah simbol silih asih.
Dalam arti umat Hindu harus didasari oleh hati yang welas asih ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Di dalam ceper juga berisi jajan, tebu dan pisang, adalah sebagai simbol Tedong Ongkara.

Menjadi perwujudan kekuatan Utpeti, Stiti dan Pralina dalam kehidupan alam semesta ini.
Di atas raka-raka tadi disusunkan sebuah sampian Urasari, adalah sebagai simbol Nadha.
Kemudian di atas sampian disusunkan bunga dengan rangkaian sebagai berikut.
Bunga berwarna putih disusun ke arah timur, sebagai simbol kekuatan Sang Hyang Iswara.
Bunga berwarna merah disusunkan ke arah selatan, sebagai simbol kekuatan Sang Hyang Mahadewa.
Bunga berwarna biru atau hijau, disusunkan pada arah utara, sebagai simbol kekuatan Sang Hyang Wisnu.
Lalu kembang rampai disusunkan tepat di tengahnya, sebagai simbol kekuatan Sang Hyang Panca Dewata.
Dengan demikian, canang mengandung makna sebagai permohonan umat Hindu ke hadapan Sang Hyang Widhi (berwujud Ongkara).
Bahwa umatnya memohon kekuatan, dan untuk itu agar beliau bermanifestasi menjadi kekuatan Ista Dewata.
Kemudian ada beberapa bentuk dan fungsi canang di Bali.
Antara lain, canang sari yang alasnya dari sebuah ceper atau tamas kecil.
Sampian Urasarinya membentuk asthadala sehingga terlihat berbentuk bundar.
Baca juga: Kamar Kelas 3 RSUD Sanjiwani Gianyar Dipenuhi Pengguna Bantuan Kesehatan Gianyar
Baca juga: Ada Rencana Demo Menolak Omnibus Law di Bali Hari Ini, MDA Larang Unjuk Rasa Lebih dari 100 Orang
Baca juga: Mayat Wanita Ditemukan di Jok Belakang Mobil yang Terbakar di Jawa Tengah, Tangan Terikat Selotip
Baca juga: 3 Mimpi Ini Perlu Ada Waspadai Karena Pertanda Datangnya Kesialan hingga Musibah
Fungsinya sebagai simbol sarining yadnya. Sehingga setiap upakara disertakan dengan canang sari.
Disamping canang sari ageng, ada juga canang sari alit.
Yaitu hanya mempergunakan empat penjuru pada simbol sampian Urasarinya.
Tetapi memiliki prinsip dan kualitas yang sama.
Ada pula canang genten, yang prinsipnya sama dengan canang sari. Hanya saja ditambahkan dengan jajan kekiping, pisang mas dan bubur sesuruh merah serta putih.
Masing-masing bubur tersebut dibungkus janur digiling menyerupai sebatang rokok, serta diletakkan di bawah sampian Urasari.
Fungsi canang ini adalah sebagai sarana memohon anugerah keremajaan atau kayowanan.
Oleh karena itu, canang genten dipergunakan pada pelaksanaan upacara ngeraja sewala/ngeraja singa, upacara potong gigi dan pernikahan.
Ada pula canang payasan atau canang pesucian, yang dialasi sebuah taledan kecil berbentuk segi empat panjang.
Memiliki satu sibeh pada bagian pangkalnya. Dan di atas taledan, dijaritkan 5 buah celemik dengan posisi tempatnya atas, bawah, kanan, kiri, serta di tengahnya masing-masing celemik berisi sarana.
Di antaranya, celemik atas berisi tepung tawar, sebagai kekuatan Sang Hyang Iswara memohon penyucian mengenai sebel kandel, letuhing jagat dan sarira.
Pada celemik di bagian kanan, berisi daun dadap digilas dan dicampur kapas berisi minyak wangi.
Ini adalah simbol kekuatan Sang Hyang Mahadewa, untuk memohon penyucian kehadapan Tuhan, mengenai segala akibat dari perbuatan satru (kejahatan).
Pada celemik tengah berisi burat wangi, sebagai simbol kekuatan Sang Hyang Siwa.

Guna memohon penyucian ke hadapan beliau, mengenai segala kekotoran batiniah.
Canang pesucian ini dipergunakan hampir pada setiap upakara.
Canang gantal, pada prinsipnya sama dengan canang pesucian hanya saja celemik di tengah berisi base tubungan matungkas.
Gantal berasal dari dua kata yakni, Gana berarti pertemuan dan Tal berarti bersatu atau terikat menjadi satu.
Dengan demikian, canang gantal memiliki makna sebagai permohonan umat kehadapan Sang Hyang Widhi agar dianugerahkan kedamaian.
Canang ini terdiri dari dua taledan, taledan pertama disusun lagi dengan taledan kedua berisi raka-raka lengkap, sampian plaus, dan porosan.
Di atas taledan dijaritkan dua buah celemik, dengan posisi di kanan dan kiri.
Celemik kanan berisi burat wangi, celemik kiri berisi lenga wangi.
Bagian tengahnya berisi pisang mas, jajan kekiping, dua buah bantal kecil.
Kemudian paling atas disusunkan sebuah canang sari diikat menjadi satu. Canang gantal dipergunakan pada upakara Panca Yadnya.(*)