Bade Roboh Timpa Rumah Warga
Bade Bawa Jenazah Roboh, Apa yang Perlu Dilakukan Pihak Keluarga Almarhum Menurut PHDI?
Benar-benar diperhitungkan dengan baik tidak boleh keluar dari pakem lontar Asta Kosala Kosali wadah
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Harus ada pengulapan.
Baca juga: Rumah Krama Tertimpa Bade Akan Diupacarai Pecaruan, Hari Ini Temui Pedanda Cari Hari Baik
LIHAT VIDEO TERKAIT BADE ROBOH DI YOUTUBE TRIBUNBALI
“Itu kan belum lagi ngulapin rumah orang yang kena, kemudian bahaya nyawa yang nyusung wadah, dan bahaya lainnya. Oleh karena itu, kami harapkan semeton umat Hindu benar-benar memperhatikan Asta Kosala Kosali di dalam membuat wadah,” sebutnya.
Ia juga menyarankan, agar wadah tidak terlalu tinggi, mengingat situasi jalan era sekarang berbeda dengan Bali zaman dahulu.
Saat ini banyak kabel melintang, dan padatnya jalan raya menuju ke setra.
Sehingga membuat wadah yang terlalu tinggi, jika tidak diperlukan sekali bisa dipertimbangkan kembali.
“Ini juga mengurangi hal-hal yang menyebabkan kecelakaan saat mengusung wadah itu,” imbuhnya.
Mengenai arti dan makna tumpang di wadah, Sudiana mengaku belum membaca detail literatur atau aturannya.
“Tapi ada bukunya yang menjelaskan itu. Ada bade sampai tumpang solas dan sebagainya. Namun saya belum berani memastikan itu untuk siapa, apakah raja atau sulinggih,” jelasnya.
Ia hanya mengingatkan, agar bade yang roboh ini dibuatkan banten pengulapan.
Ia memperkirakan robohnya bade ini, karena ada ketidakseimbangan di bade.
“Banten pengulapan ngaben itu banyak eteh-etehnya. Banten ini untuk di lokasi badenya terjatuh. Esensi banten ini, menstabilkan suasana kemudian mengajak kembali roh yang jatuh di sana, datang ke setra,” jelasnya.
Kemudian ada prayascita karena ada jatuh di jalan.
Sementara itu, sulinggih Ida Pandita Mpu Siwa Budha Daksa Dharmita, juga turut menanggapi kabar bade jatuh di Gianyar.
Sulinggih yang berasal dari Griya Agung Sukawati, Banjar Babakan, Sukawati, Gianyar, ini sangat menyayangkan ada musibah tersebut.