Demo AWK
AWK Merasa Dianiaya Hingga Lapor ke Polda Bali, Ini Penjelasan Ngurah Harta Terkait Demo
Pinisepuh Perguruan Sandhi Murti, I Gusti Ngurah Harta menuturkan, pihaknya berlaku anarkis karena terpancing dengan sikap AWK
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Perwakilan Bali, Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Wedasteraputra Suyasa alias AWK melaporkan sejumlah massa yang melakukan aksi di kantornya.
Mereka dilaporkan karena AWK merasa teraniaya saat dirinya menemui massa aksi di halaman Kantor DPD RI Bali, Rabu (28/10/2020).
Seperti diketahui sejumlah massa dari Perguruan Sandhi Murti, Pusat Koordinasi (Puskor) Hindu Indonesia dan beberapa organisasi lainnya mendatangi Kantor DPD RI Perwakilan Bali di Jalan Cok Agung Tresna Nomor 74, Renon, Denpasar, Bali.
Mereka datang karena kecewa dengan ucapan AWK yang dinilai telah melecehkan umat Hindu terkait Ida bhatara di Pura Dalem Ped, Nusa Penida, Klungkung.
Baca juga: AWK Nyaris Dipukul Saat Temui Massa di Gedung DPD RI, Ini Kronologi Dan Video Kejadiannya

"Ada suatu tindakan penganiayaan. Sebagai bukti ada penganiayaan di sini (tangan), kemudian di muka saya dan ada tadi video ada yang ketok kepala. Ada (sekitar) dua orang (sampai) tiga orang. Dan sekarang tindakan saya, saya akan melaporkan ke Polda," jelas AWK saat ditemui media usai aksi.
Ia menuturkan, sebelum melakukan pelaporan, dirinya melakukan visum terlebih dahulu.
Proses pelaporan ke Polda Bali ini didampingi oleh Anak Agung Ngurah Agung dari Puri Gerenceng, Denpasar.
Pelaporan yang akan dilakukan yakni berupa penghinaan dan penganiayaan.
"Kita biarkan posisi hukum nanti yang akan menjalani. Dan saya siap sebagai warga negara," tuturnya.
Bagi AWK, dirinya kini masih sebagai anggota DPD RI Perwakilan Bali aktif yang dilindungi oleh Undang-Undang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU MD3).

"Saya telah membuka ruang dialog. Tapi sayang sekali yang dilakukan di tanah negara, justru seorang anggota DPD dianiaya oleh mereka yang mewakil rakyat Bali," tegasnya.
Sementara itu, Pinisepuh Perguruan Sandhi Murti, I Gusti Ngurah Harta menuturkan, pihaknya berlaku anarkis karena terpancing dengan sikap AWK yang datang dengan mengepalkan tangan.
"(Ini) maksudnya apa. Kalau dia mau melaporkan silakan dan kita akan menuntut pelaporan di masa lalu. Silakan dia visum diri, tidak masalah, kita akan hadapi," jelasnya.
Ngurah Harta menuturkan, pihaknya memang tidak mau berdialog dengan AWK, sebab pihaknya bukanlah kelompok kompromis.
Ia pun mengaku berkaca dengan diskusi yang dilakukan oleh Ketut Ismaya dengan AWK.
Pada saat dialog tersebut, menurut Ngurah Harta, AWK malah berbicara sendiri dan pihak lain tidak diberikan kesempatan.
Mengenai tuduhan adanya pemukulan yang diamanatkan oleh AWK, Ngurah Harta memberikan bantahan.
"Tidak ada yang mukul. Teman-teman bercita-cita ingin meraba kepala raja. Biar pernah meraba kepalanya raja. Cuman dipegang begitu saja," canda Ngurah Harta. (*)