Daya Tarik Tanaman Hias Meningkat di Tengah Pandemi, Berikut Kiat Renato Hindari Penipuan

Minat masyarakat terhadap tanaman hias justru semakin meningkat di tengah pandemi Covid-19.

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Tribun Bali/I Wayan Sui Suadnyana
Renato Romulo Sagrado dari Bali Unique Flora menunjukkan koleksi tanaman hiasnya dalam acara Bursa Tanaman Hias 2020 di Duta Orchid Garden, Denpasar, Jumat (30/10/2020) 

Renato menuturkan, saat ini dirinya menjual berbagai tanaman hias, termasuk sukulen dan kaktus.

Upaya menjual kaktus dan sukulen ini ternyata bukan sekadar bisnis tanaman hias.

Di balik itu, penjualan tanaman kaktus dan sekulen terdapat sebuah "gerakan tanaman berkelanjutan".

Renato mengatakan, kaktus dan sukulen sebagai tanaman yang sustainable karena tidak memerlukan air yang banyak dan bisa menyimpan cairan di dalam tubuhnya.

Kondisi ini pun menyebabkan kaktus dan sukulen mampu bertahan di situasi yang buruk sekalipun, seperti kekurangan air dan terpapar sinar matahari yang berlebihan.

Gerakan berkelanjutan ini ternyata telah mendapatkan dukungan dari industri pariwisata di Pulau Dewata.

Saat ini, berbagai hotel di Bali sudah mulai menggunakan kaktus dan sukulen sebagai tanaman dekorasinya agar tidak boros terhadap air.

"Makanya itu di Bali saya sendiri melihat beberapa hotel sudah mengubah set-up hiasan atau dekornya dengan tanaman-tanaman sukulen ini berkaitan dengan gerakan sustainablity," jelasnya.

Meski sebagai upaya mendorong adanya gerakan tanaman berkelanjutan, tetapi penjualnya kaktus dan sukulen untuk segmen market di Bali terbilang masih muda.

Seseorang mulai hobi dengan tanaman hias biasanya dimulai dengan harga yang murah terlebih dahulu.

Misalnya untuk kaktus dan sukulen mereka mulai mengoleksi yang harganya berkisar di Rp 35 ribu.

Setelah percaya diri dengan tanaman di harga Rp 35 ribu, mereka mulai menaikkan harga koleksi tanamannya ke Rp 50 ribu, Rp, 75 ribu, Rp 100 ribu dan seterusnya.

Pada umumnya, masyarakat Bali saat ini masih gemar mengoleksi tanaman hias di harga tentang harga Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu ke bawah.

"Jadi item-item yang di atas Rp 200 ribu kami lebih bisa menjualnya online. Jadi yang membeli mungkin (dari) Jakarta, Surabaya atau daerah lain di Jawa," jelasnya.

Awalnya, kata Renato, pihaknya lebih banyak mengambil tanaman kaktus dan sukulen dari Jawa.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved