Daya Tarik Tanaman Hias Meningkat di Tengah Pandemi, Berikut Kiat Renato Hindari Penipuan
Minat masyarakat terhadap tanaman hias justru semakin meningkat di tengah pandemi Covid-19.
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Setelah itu, pihaknya mengembangkan tanaman tersebut di Bali agar tidak secara terus-menerus bergantung pada tanaman dari luar.
Jika secara terus menerus bergantung dengan pasokan dari Jawa, maka sangat terkendala ketika saat lebaran tiba.
Pada waktu itu, pengusaha tanaman hias di Jawa seperti Bandung biasanya libur selama dua minggu.
Tapi pada saat yang bersamaan, di Bali biasanya banyak permintaan untuk souvernir.
Kondisi ini pun menyebabkan pengusaha tanaman kaktus dan sukulen di Bali bisa kehabisan stok.
"Jadi teman-teman bilang ayok mulai bertani juga. Jangan terlalu tergantung. Kayak sekarang sentra-sentranya kehabisan barang, kalau kita tidak bertani dari tahun lalu, kita kelabakan sekarang mau jualan," terangnya.
Marak penipuan
Penjualan tanaman hias melalui platform media sosial ternyata tidak selamanya berjalan mulus.
Belakangan di dunia bisnis tanaman hias juga mulai marak terjadinya aksi penipuan yang dilakukan oleh oknum tertentu.
Penipuan dilakukan dengan mengambil foto tanaman orang lain dan ditawarkan dengan harga murah.
Renato mengatakan, tanaman hias yang bagus dengan harga murah ini biasanya diminati oleh orang yang baru terjun di dunia tanaman hias.
"Uang ditransfer, tapi barang tidak dikirm. Karena sebenarnya orang ini sebenarnya tidak punya barang. Dia cuma comot fotonya orang lain. Itu marak sekali," tuturnya.
Guna meminimalisasi terjadinya hal tersebut, para penggemar telah membentuk komunitas tanaman hias.
Dirinya sendiri telah mendirikan Bali Cactus and Succulent Community yang sekarang sudah beranggotakan 105 orang.
Di bawah Bali Cactus and Succulent Community sudah ada 20 merek yang terdaftar sebagai penjual resmi.