Serba Serbi
Tumpek Krulut Bertepatan dengan Purnama Kalima, Apa Persembahan yang Dihaturkan?
Sabtu (31/10/2020) merupakan hari raya Tumpek Krulut juga bertepatan dengan Purnama Kelima
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
“Sehingga seimbang persembahan kita. Ke patala ada, dan ka akasa juga ada,” kata Ida Rsi.
Ida mencontohkan saat usai perang Bharata Yudha, seorang raja melakukan upacara aswameda.
Walaupun raja melakukan itu, tetapi pendeta yang keluarganya miskin melakukan dengan memungut gandum, memasaknya, lalu dipersembahkan kepada leluhur.
Mengenai sedekah, disebutkan dalam Sarasamuscaya, 170 berbunyi:
Amatsaryam budrih prahurdanam dharma ca samyamam,
wasthitena nityam hi tyage tyasadyate subham.
Nihan tang dana ling sang Pandita, ikang si haywa kimburu,
Ikang si jenek ri kagawayaning dharmasadhana,
apan yan langgeng ika, nitya katemwaning hayu,
pada lawan phalaning tyagadana.
Artinya:
Yang disebut dana (sedekah) kata sang pandita, ialah sifat tidak dengki (iri hati), dan yang tahan berbuat kebajikan (dharma) sebab jika terus menerus begitu, senantiasa keselamatan akan diperolehnya, sama pahalanya dengan amal yang berlimpah-limpah.
Akan tetapi, menurut Ida bersedekah itu tidak usah memandang pahala, ada atau tidak yang penting laksanakan.
“Seperti yang dikatakan dalam Bhagawad Gita, tetap memberikan persembahan, lakukan kewajiban jangan mengharapkan phala. Ada atau tidak phala laksanakan saja,” tambah Ida Rsi.
Dalam petikan Bhagawad Gita, XVII. 25 disebutkan:
Tat ity anabhisanshaya
Phalam yajna-tapah-kriyah,
Dana-kriyas ca vividhah
Kriyante moksa-kansibhih
Yang artinya: dengan ucapak “Tat” dan tanpa mengharap-harap pahalan atas penyelenggaraan ucapan yajna, tapabrata dan juga dana punia yang berbagai macam jenisnya, dilaksanakan oleh mereka yang mengharapkan moksa. (*)