Angkat-Geser Pelinggih Ciptakan Lapangan Kerja Bagi Pegangguran
Banyak masyarakat saat ini yang menggunakan jasa tukang angkut-geser pelinggih
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Seiring perkembangan zaman, saat ini masyarakat Hindu Bali tidak lagi melakukan pembongkaran jika ingin memindahkan atau memperbaiki posisi pelinggih yang miring akibat kondisi alam.
Banyak masyarakat saat ini yang menggunakan jasa tukang angkut-geser pelinggih, seperti yang ditekuni I Wayan Suwarda asal Banjar Banda, Desa Saba, Blahbatuh.
Pantauan Tribun Bali, Minggu (1/11/2020), Suwarda mendapatkan pekerjaan menggeser pelinggih di Desa Keramas, Blahbatuh, Gianyar, Bali.
Teknik yang digunakannya terlihat sederhana, yakni hanya mengikat pelinggih dengan tali, lalu menggali tanah pondasi pelinggih.
Baca juga: Tampil Berbahaya di Penghujung Seri, Morbidelli Masuk Dalam Daftar Perburuan Juara MotoGP 2020
Baca juga: 5 Zodiak Ini Punya Aura Positif untuk Orang Lain, Bercerita adalah Cara Gemini Membagi Kebahagiaan
Baca juga: Jadwal MotoGP 2020 November - 6 Pembalap Rebutkan Gelar Juara di 3 Race Akhir, Siapa Jagoan Kalian?
Setelah itu, mengangkut pelinggih menggunakan alat berat.
Namun hal tersebut hanya penampakannya saja.
Dalam hal ini Suwarda harus memperhitungkan secara matang supaya tali pengikat tidak putus, yang bisa berakibat fatal bagi pelinggih tersebut.
Suwarda mengatakan, pihaknya sudah menekuni pekerjaan ini sejak awal tahun 2000an.
Sebelum membuka jasa pribadi, sebelumnya ia belajar mengangkat pelinggih dari saat masih bekerja dengan orang lain.
“Awalnya bisa bekerja angkat-geser pelinggih karena ikut bos tahun 2000. Sedangkan mulai mandiri sejak enam tahun lalu. Karena memindahkan pelinggih ini perlu teknik khusus, selain itu juga pengalaman juga perlu,” ujarnya.
Saat ini, Suwarda bersyukur banyak masyarakat yang memanfaatkan jasanya.
Tak hanya itu, ia juga bisa membantu teman-teman di banjarnya yang kehilangan pekerjaan karena pandemi.
Adapun jumlah pekerja yang dibutuhkan rata-rata 12 orang.
"Kalau ada permintaan, saya ajak teman yang nganggur. Pekerjaannya juga kami ambil dengan sistem borongan, rata-rata yang ikut juga ini dipakai pekerjaan sampingan,” ujarnya.
Suwarda mengungkapkan, ada berbagai kesulitan dalam pekerjaan ini.