Peternak Babi di Badung Diimbau untuk Tidak Takut Beternak Asal Terapkan Biosecurity

Kendati demikian Dinas Pertanian dan Pangan Badung memastikan masyarakat bisa memelihara babi asalkan menerapkan biosecurity.

Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Wema Satya Dinata
Pemkab Badung
Kadis Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Wayan Wijana. 

Dengan begitu  peternak tidak  perlu setiap saat masuk kandang dan bisa mengurangi kontak dengan ternak yang merupakan langkah untuk mencegah masuknya virus.

"Kita bisa memantau situasi babi dan kandangnya dari, rumah. Bahkan jika warga mau masuk kandang harus  menjamin diri bersih, dengan mencuci kaki dan tangan, sehingga tidak ada virus yang masuk," jelasnya.

Wijana pun menegaskan banyak yang dapat menjadi sumber penyakit pada ternak diantaranya dari ternak itu sendiri seperti ternak sakit, bangkai, ternak pembawa penyakit atau disebut ternak carrier.

Selain itu juga dari manusia, pakan, air minum, kotoran ternak serta limbah peternakan.

"Dari hama juga ada seperti rodensia seperti tikus dan bermacam-macam serangga, burung dan unggas lain. Untuk  burung yang sering masuk ke area peternakan misalnya merpati dan burung liar dan hewan-hewan lain seperti anjing, kucing dan sebagainya," tegasnya sembari berharap peternak bisa menerapkan biosecurity ini agar tidak was-was saat memelihara babi.

Seperti diketahui, kasus babi mati di Badung terjadi pada awal tahun 2020. Bahkan Desember 2019 sudah ada sebanyak 62 ekor babi peternak yang mati mendadak.

Kematian ternak itu pun terus meluas hingga mengakibatkan ribuan babi di Gumi keris mati.

Hal itu pun mengakibatkan populasi babi menurun, serta membuat  para peternak mengalami kerugian puluhan sampai ratusan juta rupiah.

Kejadian itu sontak membuat para peternak was-was untuk memelihara babi lagi. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved