Menilik Stres dari Gigi

Mengapa di era yang seharusnya menghindari dokter gigi malah masalah bermunculan, apakah ada hubungannya dengan stres?

Editor: Widyartha Suryawan
drg. Puspita Rahardjo Putri
drg. Puspita Rahardjo Putri 

Hal ini yang kemudian berhubungan dengan yang namanya bruxism.

Sekarang mari kita mengenal apa itu bruxism. Bruxism merupakan kondisi menggertakkan, menggesekkan gigi secara tidak sadar yang dapat berakibat pada rusaknya gigi dan tambalan, munculnya gigi sensitif, kehilangan gigi, sakit kepala serta sakit pada rahang, wajah dan telinga.

Apalagi kalau punya gangguan tidur seperti obstructive sleep apnea (OSA), kamu akan lebih cenderung menggertakkan gigi ketika tidur.

Bagaimana cara kita mengetahui bruxism?

Karena dilakukan secara tidak sadar, maka orang cenderung tidak menyadarinya. Kebanyakan orang menggertakkan gigi saat tidur, makanya yang ditanya ya partner tidurnya.

Namun bruxism juga bisa terjadi saat tidak tidur, misalnya ketika marah orang tidak sadar menggertakakan giginya dengan keras, biasanya level stres sudah jauh lebih tinggi.

Untuk itu kita dapat menggunakan gigi untuk mengukur kondisi stres, meskipun tidak semua dapat terlihat dari gigi.

Normal kontak gigi per hari saat makan kurang dari 33 pounds (14968,5 gram). Namun pada penderita bruxism yang menggertakkan gigi, tekanan mencapai 190 pounds (86182,6 gram), hampir 6x lipatnya.

Sehingga jangan kaget kalau kondisi gigi orang yang bruxism punya karakter sendiri, ada pengikisan enamel di seluruh gigi, kadang bisa juga kena saraf gigi kalau parah, makanya terkena angin saja rasanya luar biasa.

Dengan tekanan besar yang diberikan pada gigi secara terus menerus, lama kelamaan gigi kehilangan kekuatan untuk menahan tekanan sehingga berakibat patah, bisa tambalan, crown atau bahkan bagian dari gigi sendiri.

Belum lagi jaringan yang menyangga gigi seperti gusi dan tulang, kalau terkena tekanan terus menerus bisa jadi aus, akhirnya gigi mudah goyang dan lepas.

Tidak berhenti disitu, bruxism juga mempengaruhi sendi temporomandibular, mengakibatkan sendi menjadi sakit dan kaku sehingga terdapat kesulitan dalam membuka mulut. Sakit kepala pada pagi hari saat bangun tidur juga seringkali terjadi.

Untuk itu sebaiknya hindari stres. Cari tahu faktor yang membuat stres dan menghindarinya.

Lakukan kegiatan yang bisa menurunkan stres misalnya meditasi, merentangkan badan, pijat, atau mandi dengan air hangat.

Jika memang belum teratasi, bisa mencari bantuan dari professional misalnya dengan memanfaatkan konsultasi secara gratis pakai aplikasi Kemenkes SehatPedia atau layanan konsultasi lainnya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved