Listibiya Gelar Kesenian Berbasis Kearifan Lokal Menuju Pemajuan Kebudayaan Bali di Era New Normal
Listibiya Provinsi Bali menggelar Seminar 'Kesenian Berbasis Kearifan Lokal Menuju Pemajuan Kebudayaan Bali di Era New Normal'
Penulis: Noviana Windri | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Wartawan Tribun Bali, Noviana Windri Rahmawati
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Majelis Pertimbangan Dan Pembinaan Kebudayaan (Listibiya) Provinsi Bali menggelar Seminar 'Kesenian Berbasis Kearifan Lokal Menuju Pemajuan Kebudayaan Bali di Era New Normal', di Hotel Four Star by Trans Hotel, Jalan Raya Puputan, Renon, Denpasar, Bali, Jumat (6/11/2020).
Seminar ini diikuti oleh 75 partisipan terdiri dari unsur-unsur Dinas Kebudayaan Bali, Listibiya Kab/Kota, Majelis Desa Adat Pakraman Kab/Kota, Seniman, Budayawan, dan lainnya.
Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, berkesempatan menjadi keynote speaker memberikan apresiasi atas diselenggarakannya acara tersebut meski di tengah situasi pandemi dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Terkait dengan tema yang diangkat, Cok Ace mengatakan, bahwa jauh sebelum Covid-19, harus disadari bahwa ada beberapa persoalan penting yang perlu diselesaikan yaitu terkait keseimbangan antar sektor, wilayah dan keseimbangan antara sekala dan niskala.
Baca juga: Ambulans Khusus Hewan Beroperasi di Jembrana
Baca juga: Top Scorer Kualifikasi Piala Asia U-19 Ini Kembali ke Timnas U-19 Indonesia Lagi
Baca juga: Sasar Simpang Mahendradatta Denpasar, Polisi Imbau Prokes dan Tata Tertib Berlalu Lintas
"Saya kira ini seminar yang baik sekali di tengah pandemi. Kita tetap bisa jaga kesehatan, teman-teman seniman dan lainnya masih tetap kita kembangkan. Saya kira banyak inspirasi yang muncul justru karena Covid-19. Membuat para seniman untuk lebih berfikir kreatif. Kita harapkan dengan adanya seminar bisa menguatkan pemikiran budaya Bali tetap berpijak kepada kearifan lokal," ungkapnya.
Selain itu, Cok Ace juga menyampaikan dua hal penting yang ada dalam pariwisata berkelanjutan.
Pertama, pembangunan termasuk komponen pariwisatanya harus mempunya manfaat kesejahteraan bagi masyarakat Bali, tidak hanya dari perspektif penghasilan saja, namun juga dari segi kesehatan, pendidikan dan happiness atau kebahagiaan.
Kedua pembangunan termasuk komponen pariwisata di dalamnya tidak boleh merusak apalagi mematikan sumber daya pulau Bali yaitu keyakinan dan kepercayaan masyarakat Hindu Bali.
“Jangan sampai gara-gara pembangunan pariwisata dapat merusak sumber daya manusia dan sumber daya alam Bali,” pungkasnya.
Untuk itu ia berharap dengan seminar pemajuan kebudayaan Bali dapat memberikan saran dan masukan kepada pemerintah.
Langkah-langkah selanjutnya yang harus dilakukan pemerintah untuk memajukan kebudayaan Bali.
Terutama dalam menggerakan sektor pariwisata di tengah pandemi Covid-19 agar budaya Bali masih tetap bisa dilestarikan dengan apik.
Sementara itu, Ketua Panitia Acara, I Nyoman Astita menyampaikan, bahwa seminar tersebut bertujuan menciptakan ruang dialog dalam perspektif kebudayaan secara holistik, cerdas dan konstruktif untuk mendiskusikan potensi kearifan lokal dalam sinergi UU Pemajuan Kebudayaan secara lintas bidang, lintas disiplin dan lintas budaya.
Membahas penguatan potensi modal budaya dan kesenian bagi pengembangan ekonomi kreatif.