Susah Akui Kekalahannya dari Joe Biden, Donald Trump Bakal Maju Lagi pada Pilpres AS 2024?
Donald Trump dikabarkan mulai mempersiapkan rencana untuk kembali mencalonkan diri pada pemilihan presiden ( pilpres) 2024.
TRIBUN-BALI.COM - Tampaknya masih berat bagi Donald Trump untuk menerima kekalahannya dalam Pilpres AS.
Seperti diketahui, dengan 290 suara elektoral sementara yang diraih di pilpres AS, Joe Biden sudah dinyatakan berhak melenggang ke Gedung Putih untuk menduduki kursi nomor satu "Negeri Paman Sam".
Walau tidak kunjung mengakui kemenangan penantangnya itu, Donald Trump dikabarkan mulai mempersiapkan rencana untuk kembali mencalonkan diri pada pemilihan presiden ( pilpres) 2024.
Dua sumber yang dekat dengan Gedung Putih memberikan informasi eksklusif ini kepada Axios, Senin (9/11/2020) siang waktu setempat.
Presiden berusia 74 tahun ini disebut memberitahu para penasihatnya bahwa dia akan kembali maju ke gelanggang pertempuran capres empat tahun mendatang.
Tentunya berita ini merupakan sinyal jelas bahwa Trump tahu benar dia telah kalah di tangan Biden.
Namun, sejauh ini dia memilih menempuh jalur hukum untuk menggugat keabsahan hasil pilpres yang menutnya penuh kecurangan.
Konstitusi AS mengizinkan mantan presiden untuk kembali mencapreskan diri jika belum menjabat dua periode berturut-turut.
Baca juga: Kisah Cinta Tak Mudah Joe Biden, Jill Biden: Sebenarnya, Aku Mencintainya Sejak Awal
Ikuti jejak Grover Cleveland?
Rencana Trump bukan tanpa preseden. Sejarah mencatat, Grover Cleveland menjadi satu-satunya presiden yang menjabat dua periode tidak berturut-turut.
Cleveland pertama sekali terpilih menjadi presiden pada pilpres 1884.
Dia gagal memenangi periode kedua pada pilpres 1888, tetapi kembali maju dan terpilih pada pilpres 1892.
Trump memiliki modal politik yang besar.
Taipan real estat ini kembali tampil jauh lebih baik dari prediksi lembaga survei di mana dia diprediksi akan kalah telak.
Suara nasionalnya melejit dari 62,9 juta menjadi 71,6 juta pada pilpres 2020.
Perolehan ini adalah nomor dua terbesar dalam sejarah setelah Biden.