Virus Corona
Vaksin Covid-19 yang Dinanti, Membandingkan Buatan Moderna dengan BioNtech
Pasalnya kedua perusahaan bio farmasi menggunakan metode yang sama untuk memproduksi vaksinnya.
TRIBUN-BALI.COM - Membandingkan vaksin corona buatan Moderna dengan buatan BioNtech menjadi hal menarik dan sahih.
Pasalnya kedua perusahaan bio farmasi menggunakan metode yang sama untuk memproduksi vaksinnya.
Yakni teknologi paling anyar berbasis versi sintetis molekul virus SARS-Cov-2 yang disebut “messenger RNA“ atau disingkat mRNA.
Sejauh ini, belum ada vaksin yang berbasis teknologi ini yang diberi izin resmi.
Baca juga: Tetap Produktif di Tengah Pandemi, Fun The Me Project Rilis Single Luh Karoni Covida Devi
Baca juga: Soal & Jawaban SD Kelas 4-6 di TVRI, Edisi 18 November 2020: Jelaskan Langkah Pertolongan Pertama
Baca juga: Clay Mask Bisa Anda Pakai, Berikut Ini 5 Perawatan Wajah Pria yang Layak untuk Dicoba
Vaksin yang diproduksi dengan teknologi teranyar ini ibaratnya meretas sel tubuh manusia, dan secara efektif merekayasanya menjadi “pabrik pembuat vaksin“.
Keunggulan lain teknologi terbaru ini adalah, produksi vaksinnya jauh lebih cepat dibanding teknologi pembuat vaksin konvesional.
Vaksin BioNTech dari Jerman dan Moderna dari AS
Perusahaan BioNTech dari Jerman yang berkolaborasi dengan Pfizer dari AS, pekan lalu mengumumkan berhasil membuat vaksin corona pertama di dunia yang diberi nama BNT162b2 dengan efektivitas 90 persen.
Moderna menyusul, mengumumkan pekan ini, vaksin buatan mereka yang diberi nama mRNA-1273 punya efektivitas hingga 94,5%.
Keunggulan lainnya yang diumumkan Moderna adalah terkait suhu penyimpanan vaksin yang hanya minus 20°Celsius.
Artinya, lemari pendingin obat dan vaksin yang kini sudah terpasang di banyak rumah sakit sudah mencukupi untuk penyimpanannya.
Pada suhu itu, vaksin bisa bertahan 6 bulan.
Juga untuk transportasinya jauh lebih mudah dibanding vaksin buatan BioNTech.
Pekan lalu dalam pengumuman vaksin corona pertama di dunia, BioNTech mengumumkan satu kendala, yakni penyimpanan vaksin yang memerlukan suhu minus 70° Celsius setara dengan suhu di kutub.
Pada suhu sedingin itu, vaksin hanya bisa disimpan 15 hari.
Baca juga: Timnas Indonesia U-19 Kemungkinan TC Lanjutan di Spanyol
Baca juga: Prakiraan Cuaca Rabu 18 November 2020, Jakarta dan Bandung Berawan, Denpasar dan Surabaya Cerah
Baca juga: Sergio Ramos Berpeluang Hengkang dari Real Madrid Tahun 2021