Bali Dinilai Punya Potensi Besar dalam Pengembangan Wisata Kesehatan
Bali berpotensi untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata medis karena didukung sumber daya yang mumpuni
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Selama ini Bali dikenal dengan destinasi wisata yang menawarkan keindahan alam atau wisata budaya yang kuat.
Namun, dibalik itu ternyata ada diversifikasi wisata lain yang jarang diketahui oleh turis domestik, yakni wisata medis.
General Manager Indonesia Medical Tourism Board (IMTB), Putu Deddy Suhartawan mengungkapkan, Bali berpotensi untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata medis karena didukung sumber daya yang mumpuni.
"Sebanyak 280 rumah sakit di Bali sudah terakreditasi paripurna, sementara 30 rumah sakit sudah terakreditasi internasional," kata Deddy.
Baca juga: BREAKING NEWS - Danpaspampres Mayjen TNI Maruli Simanjuntak Ditunjuk Jadi Pangdam IX/Udayana
Baca juga: 5 Orang yang Pernah Diamuk Lionel Messi Ketika Kesal
Baca juga: 8 Film dan Drakor Ini Mengisahkan Tentang Politik hingga Thriller, Bisa Anda Tonton di Netflix
Hal ini Deddy ungkapkan saat beraudiensi dengan Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) di Kantor Gubernur Bali, Jumat (20/11/2020).
Selain itu, menurutnya, Bali sejak peristiwa Bom Bali I dan II hingga sebelum pandemi Covid-19 terus membenahi diri, khususnya dalam aspek layanan kesehatan.
Maka tak heran bila banyak warga asing yang bersedia mencoba layanan medis sembari berlibur di Pulau Dewata.
Jenis layanan kesehatan yang diakses wisatawan Bali beragam, tetapi yang utama adalah layanan kosmetik, baik untuk bedah plastik, face implant, face lift, liposuction hingga yang bersifat non-invasif.
Jumlahnya bisa mencapai 60 pasien per bulan dengan pendapatan mencapai Rp. 1,2 miliar.
Oleh karena itu, ia mengatakan ingin menggaungkan wisata medis ini sehingga selain sebagai tempat tujuan wisata budaya, Bali juga sebagai tempat kunjungan wisata medis baik untuk internasional ataupun domestik.
Menanggapi hal itu, Cok Ace mengatakan, bahwa potensi pariwisata kesehatan atau medis ini memang cukup besar, dimana pariwisata kesehatan sebenarnya merupakan bentuk tren pariwisata yang menggabungkan aspek kesehatan dan hiburan.
Disamping itu, Bali memang memiliki potensi luar biasa sebagai destinasi pariwisata kesehatan global, terutama dari segi wellness (kebugaran).
"Terdapat sekitar 3.200 wellness centers di Bali seperti pusat pengobatan herbal tradisional dan spa. Namun baru segelintir saja yang memenuhi standar fasilitas kesehatan," kata Cok Ace.
Untuk itu, dirinya menganggap bahwa hal itu merupakan catatan penting yang harus dipikirkan kedepan jika ingin membangun pariwisata kesehatan di Bali.
Potensi utama Bali sebagai destinasi wisata kesehatan terletak pada keindahan alam Bali dan posisinya yang strategis sebagai destinasi wisata eksotis dengan budaya yang unik.
Selain itu, biaya pengobatan di pusat kesehatan Bali terbilang lebih terjangkau daripada negara lain terutama negara maju.
Cok Ace pun berharap dengan keinginan IMTB ini untuk mengembangkan wisata medis di Bali dapat berjalan dengan lancar dan Pemprov Bali sangat mendukung hal tersebut.
“Hanya yang perlu diperhatikan adalah lebih menonjolkan apa yang sebenarnya potensi yang kita miliki dan belum dimiliki oleh negara lain, sehingga kita tidak bersaing sengit dengan negara lain”, pungkasnya. (*).