Sampah ke TPA Sarbagita Suwung Mencapai 1.150 Ton per Hari, Bali Rencanakan Bangun PSEL
Sampah tersebut berasal dari empat kabupaten/kota yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Gianyar.
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali merencanakan pembangunan Pengolah Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL).
PSEL ini merupakan program percepatan revitalisasi sampah di Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Regional Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan (Sarbagita) Suwung.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali, Dewa Made Indra mengatakan, upaya ini sekaligus mencarikan solusi volume sampah yang masuk ke TPA Regional Sarbagita sebesar ± 1150 ton/hari.
Sampah tersebut berasal dari empat kabupaten/kota yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Gianyar.
"Rencana pembangunan Pengolah Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) TPA Regional Sarbagita diharapkan mampu memusnahkan sampah yang kondisi saat ini sudah overload," kata Dewa Indra.
Hal itu Dewa Indra katakan melalui keterangan tertulisnya yang dibacakan Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Bali, Made Wiratmi pada acara penjajakan minat pasar (market sounding) PSEL secara daring, Jum'at (20/11/2020).
Dewa Indra mengatakan, bahwa sampai saat ini pengelolaan sampah masih menjadi persoalan yang belum bisa ditangani secara tuntas.
Produksi sampah terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat serta kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengolahan sampah.
Setiap hari volume sampah semakin meningkat, penanganan sampah tidak akan selesai jika hanya diserahkan kepada pemerintah.
"Perlu langkah bersama dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat, karena masyarakat memegang peranan yang sangat penting dan bertanggung jawab pada rantai pertama persoalan," jelasnya.
Baginya, perlunya membangun kesadaran masyarakat untuk meningkatkan kepedulian terhadap permasalahan sampah.
Hal itu dilakukan melalui langkah yang paling mudah, tentunya tidak membuang sampah di sembarang tempat, melakukan pemilahan dan melakukan pengolahan sampah mulai dari sumber.
Menurut Dewa Indra, market sounding merupakan momen strategis berkumpulnya seluruh pegiat peduli lingkungan dalam pengelolaan sampah di Indonesia.
Gerakan Indonesia Bebas Sampah merupakan wadah untuk memfasilitasi para stakeholder dalam menjawab tantangan persoalan sampah di Indonesia.
Upaya ini dilakukan untuk membangun ekosistem Indonesia bersih dan bebas sampah. (*)