I Ketut Adiputra Karang, Dirut Baru PT. Jasamarga Bali Tol: Saya Kaget dan Tidak Sangka
Berusia 31 tahun, I Ketut Adiputra Karang baru-baru ini terpilih sebagai Direktur Utama (Dirut) baru PT. Jasamarga Bali Tol (JBT).
Penulis: Karsiani Putri | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Berusia 31 tahun, I Ketut Adiputra Karang baru-baru ini terpilih sebagai Direktur Utama (Dirut) baru PT. Jasamarga Bali Tol (JBT).
Ia disebut Menteri BUMN Erick Thohir sebagai dirut termuda di jajaran BUMN.
Untuk mengenal lebih jauh sosok dan pandangan I Ketut Adiputra Karang, Tribun Bali melakukan wawancara khusus dengan alumnus Universitas Udayana ini, Senin (23/11/2020).
Bagaimana perasaan Bapak ketika ditunjuk sebagai Dirut PT. Jasamarga Bali Tol?
Perasaan saya kaget dan saya tidak menyangka, karena saya sendiri baru delapan tahun dan menjelang sembilan tahun di PT. Jasa Marga. Dan bisa dibilang dari segi pengalaman belum banyak.
Baca juga: Sahabat Evi Masamba Dilamar Haji Ajis Kala Rp 300 Juta Ditambah Rumah Rp 3 Miliar Dan Berlian
Baca juga: Profil Mayjen TNI Maruli Simanjuntak, Sosok Pangdam IX/Udayana yang Dekat dengan Judo & Pertanian
Baca juga: Munculnya Fenomena Hujan Es di Bali dan NTB, Belasan Rumah Rusak Dilaporkan di Lombok Timur
Bagaimana perasaan setelah tiga bulan menjabat sebagai Dirut PT. Jasamarga Bali Tol?
Selama tiga bulan di sini, Saya dengan Pak Arya terus terang karena Covid agak merajalela di Bali, mau gak mau kita mengencangkan ikat pinggang banget. Jadi, pengeluaran yang tidak perlu-perlu banget kita singkirkan.
Seperti apa terobosan dan program-program ke depan?
Saya dan Pak Arya di JBT ada dua garis besar target. Target pertama, bagaimana caranya kita naikin pendapatan selain dari jalan tol. Jadi, bisnis jalan tol itu ada dua, yakni bisnis jalan tolnya sendiri dan usaha lain. Dan yang belum di-explore di sini adalah usaha lain. Usaha lain itu contohnya iklan yang terpasang di ruas jalan tol. Ini ada potensi duit dan diatur di Undang-Undang bahwa kami berhak pasang itu, cuma di Bali ini belum ada dilakukan.
Yang kedua, kami concern terhadap green technology. Sekarang kami masih ada kajian terkait dengan pengembangan Stasiun Pengisian Tenaga Listrik Umum (SPTLU) karena di Bali sudah ada bisnis listrik dan kami sudah ada percontohannya untuk SPTLU di Benoa. Kami juga ada kajian terkait Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) karena kan di pinggir laut, dan cuacanya panas apalagi di Bali. Dan itu belum ter-convert sama sekali. Jadi, kami bisa kerja sama dengan badan usaha lain atau dengan pemerintah atau dengan BUMN lain. Jadi kita maksimalkan dengan sewa lahan, atau berupa bagi hasil, itu yang belum kita coba dan akan kita gali lagi. Dan itu potensinya besar, saya rasa.
Baca juga: Tragis! Hendak Perbaiki Atap Bocor, Seorang Buruh di Gianyar Tewas Tersetrum Listrik Tegangan Tinggi
Baca juga: Kapok Sahli Pangdam IX/Udayana Ajak Masyarakat Cegah Klaster Baru Covid-19 dengan Hindari Kerumunan
Baca juga: Surya Paloh Dinyatakan Positif Covid-19 dan Dirawat di RSPAD Jakarta, Begini Kondisinya
Kami juga masih melakukan penataan SDM di sini. Jadi, kenapa kami lakukan itu karena di jalan tol itu kami kan hanya melakukan penyeusaian tarif tol dua tahun sekali, dan dasarnya hanya inflasi dan inflasi sekarang ini hanya 3 persen per tahun. Nah, sedangkan teman-teman di sini gajinya UMR dan minimal naiknya 4-5 persen per tahun. Artinya, ketika inflasi lebih kecil dari kenaikan UMR, kami harus melakukan penataan SDM.
Penataan yang dimaksud disini bukan berupa PHK, tapi kami menugaskan teman-teman petugas di JBT ini untuk ke perusahaan APJT lain. APJT itu anak perusahaan Jasamarga juga dan BUMN juga dan anak perusahaan yang bergerak di jalan tol juga.
Kunci atau tips agar generasi muda lainnya bisa mencapai kesuksesan di usia muda?
Kalau saya pribadi, tipsnya ya jalani proses yang ada. Kalau trademark-nya orang-orang tentang kaum milenial itu adalah kaum yang rebel, memberontak. Tapi saya bilang, itu gak. Sebab, teman-teman harus coba untuk kosongan pikirannya dulu, jangan baru dikasih pekerjaan sudah menolak.
Coba dulu diresapin, jangan ada penolakan, ikutin dulu prosesnya. Kemudian nanti ke depannya terus adaptasi. Seperti yang saya bilang tadi, kita kan agak susah nih adaptasi dengan hal-hal baru. Tapi, kalau kita gak adaptasi tentunya kita susah. Dan selanjutnya yang diminta pasti inovasi. Kalau kita gak ada inovasi pastinya kita akan tetap stay dan tidak akan berkembang.
Tiga kunci itu saja sih yang terpenting.
Baca juga: Wayan Wita Guru Terbaik Nasional Asal Bali, Sukses Bikin Inovasi Pembelajaran di Tengah Pandemi
Baca juga: Positif Covid-19, Begini Kondisi Ketua Umum Nasdem Surya Paloh di RSPAD Gatot Soebroto
Baca juga: Tingkatkan Kualitas SDM Bidang Kewirausahaan & Ekonomi Kreatif, Denpasar Jalin Kerjasama dengan Unud
Apa perbedaan ketika menjabat posisi sebelumnya dibandingkan saat ini menjadi dirut?
Sebelum menjadi dirut mungkin saya kebanyakan kerjanya terkait perencanan transaksi Jasamarga, jadi lingkup pekerjaan saya adalah Jasamarga Group. Saya belum memikirkan corporate secara menyeluruh dan saya hanya fokus di bidang yang saya lakukan saja. Tapi ketika kita menjadi dirut, kita harus fokus memikirkan corporate. Kita juga harus memikirkan keuangan seperti apa, kita lakukan ini dan itu benefit-nya apa.
Lalu, SDM-nya sendiri sudah berjalan dengan benar atau tidak, istilahnya speed control. Kontrol jadi lebih jauh pentingnya sekarang. Dan kita harus memikirkan perusahaan jangan sampai rugi, itu yang paling penting. Karena kita sebagai BUMN selain dituntut untuk CSR ke masyarakat juga minImal dituntutnya jangan sampai rugi.
Menurut Bapak, apa yang menjadi bahan pertimbangan Menteri BUMN, sehingga Bapak bisa terpilih sebagai dirut di usia muda?
Di Jasamarga sendiri sudah ada sistem perencanaan SDM yang namanya talent class dan ada lima. Yang paling bawah adalah unfit, yang artinya dia memang secara kompetensi dan pengembangan ya udah segitu saja cukup. Yang kedua sleeping tiger yang artinya secara performa dia biasa saja tapi dia punya potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Yang ketiga ada solid contibrutor artinya dia secara kapasitas tinggi, secara pengembangan masih dibilang rendah.
Dan di atas solid contributor tadi ada promotable yang sama-sama tinggi antara kapasitas dan pengembangannya. Yang paling atas ini, pelari kencang. Itu lebih tinggi, secara kapasitas tinggi dan secara pengembangannya bisa dibilang tinggi juga. Dan kebetulan saya ada di titik pelari kencang tersebut. Dan karena sudah di-setting seperti itu, ya mau tidak mau kita harus maju dan titik ini mewajibkan kita untuk siap ditempatkan di mana saja.
Respon keluarga ketika Bapak ditugaskan sebagai dirut bagaimana?
Terus terang saya pribadi belum bilang kepada keluarga di Bali dan baru setelah semingu pindah, baru saya bilang. Dan istri dan anak pun masih tinggal di Jakarta.
Bagaimana dunia perkuliahan Bapak dan mengapa Bapak memilih untuk berkarir di BUMN?
Kalau ketika kuliah saya lebih banyak aktif di olahraga dan kemahasiswaan. Saya adalah anggota Himpunan Mahasiswa Sipil dan saya aktif sebagai pemain basket di tingkat universitas. Secara tingkat kuliah sendiri, saya merasa cukup dengan IPK di atas 3,4, dan saya rasa cukup membanggakan karena biasanya untuk di jurusan teknik itu mencari 3,25 saja agak susah.
Kemudian kenapa lebih memilih berkarir di BUMN, karena saya dulu sempat bekerja di Bali sebagai kontraktor dan memang untuk gajinya sendiri seinget saya Rp 1,1 juta. Ketika saya lulus kuliah, gaji pertama saya itu sekitar Rp 2,3 juta saja. Dan saya kepikiran kalau saya bekerja di Bali dengan gaji segitu dan kalau ada inflasi 4 sampai 5 pesen, saya mikir saya mau ngapain ya ke depannya. Kemudian saya searching antara PNS atau BUMN. Saya pikir secara tes untuk BUMN mereka memakai konsultan independen dan saya pikir saya lebih bisa fight di situ di BUMN.
Tanggapan mengenai postingan Menteri BUMN Erick Thohir di media sosial pribadinya yang menyebut bapak sebagai salah satu talenta muda BUMN?
Terus terang, saya berterimakasih sekali dan apresiasi juga karena memang dari awal prinsip saya, kalau kita mau kerja itu kita harus niat dan memiliki integritas. Kalau sudah dua itu yang kita pegang, secara kerjaan saya percaya karma phala. Kalau kita kerja dengan benar, karier pun akan benar. Tapi kalau dari bawah kita sudah aneh-aneh, saya percaya ke depannya juga pasti akan tersangkut masalah. (putri karsiani)
Biodata:
Nama Lengkap: I Ketut Adiputra Karang
Tempat, Tanggal Lahir: Kediri ( Jawa Timur), 24 Juni 1990
Riwayat Pendidikan
1. SDN Sunter Agung 12 Pagi, Jakarta Utara
2. SMPN 221 Jakarta Utara
3. SMA Saraswati I Denpasar
4. S1 Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana Bali
5. Pernah mengambil kelas karyawan di Universitas Kartini di Jurusan Hukum
Hobi: Bermain basket
Tinggi: 188 cm
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bali/foto/bank/originals/i-ketut-adiputra-karang-direktur-jasamarga-bali-tol.jpg)