Bocah Asal Buleleng Meninggal Akibat DBD, Demam 4 Hari, Dibawa ke RS Saat Kondisinya Sudah Lemah

Bocah asal Banyuning Tengah, Buleleng itu sudah demam selama empat hari. Karena kondisinya kian lemah, barulah dilarikan ke RS.

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Widyartha Suryawan
Dok. Istimewa
Kadek Dikis Satya Darma, bocah asal Banyuning Tengah, Buleleng yang meninggal dunia akibat DBD. 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Bocah asal Banyuning Tengah, Buleleng itu sudah demam selama empat hari. Karena kondisinya kian lemah, barulah dilarikan ke RS. Hanya empat jam dirawat di RS, anak itu kemudian meninggal dunia.

Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali memakan korban.

Seorang bocah berusia lima tahun, asal Lingkungan Banyuning Tengah, Kecamatan Buleleng meninggal dunia pada Minggu (6/12/2020) akibat penyakit yang disebabkan oleh nyamuk aedes aegypti tersebut. 

Lurah Banyuning, Nyoman Sutata dikonfirmasi Kamis (10/12/2020) mengatakan, bocah yang diketahui bernama Kadek Dikis Satya Darma itu sejatinya sudah mengalami demam sejak Rabu (2/12).

Namun orangtuanya terlambat untuk melarikan sang buah hati ke rumah sakit.

Saat kondisinya sudah mulai lemah, barulah kedua orangtuanya yang diketahui bernama Komang Sukertya dan Komang Sari, melarikan bocah malang tersebut ke RS Kertha Usada Singaraja, pada Minggu (6/12/2020). 

"Orangtuanya memang kurang mengerti masalah kesehatan. Dia sudah demam selama empat hari. Karena kondisinya kian lemah, barulah dilarikan ke RS. Hanya empat jam dirawat di RS, anak itu kemudian meninggal dunia. Berdasarkan hasil pemeriksaan, anak itu positif DBD," ucap Sutata. 

Jenazah bocah yang masih duduk dibangku Taman Kanak-Kanak itu pun telah dikubur di Setra Banyuning, pada Rabu (9/12/2020) kemarin.

Sejak tahun 2020 ini, Sutata tidak menampik, sudah ada dua warganya yang meninggal akibat terserang DBD.

Dimana, korban lainnya ialah Luh Putu Indah (9). Bocah asal Lingkungan Banyuning Timur itu meninggal dunia pada Senin (20/4/2020).

Sejak kematian Luh Putu Indah mencuat, pihaknya dibantu Puskemas Buleleng III, telah berupaya melakukan fogging, serta kerja bakti membersihkan lingkungan. Sehingga kasus DBD berhasil ditekan. 

"Sekarang kasusnya muncul lagi. Mingkin karena faktor cuaca. Hujan-hujan begini nyamuk aedes aegypti mudah berkembang biak. Tadi kami bersama Puskesmas Buleleng III dibantu para relawan sudah melakukan fogging," terangnya. 

Sutata tidak menampik, tindakan fogging sejatinya kurang efektif untuk membunuh nyamuk aedes aegypti.

Sehingga ia mengimbau kepada masyarakat untik melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M (Menguras, Mengubur dan Menutup) Plus (menanam tanaman penghusir nyamuk seperti sereh dan pohon liligundi, serta tidur menggunakan kelambu).

Tiga Kabupaten di Bali Catat Kasus DBD Tertinggi Nasional
Diberitakan sebelumnya, tiga Kabupaten di Bali tercatat memiliki kasus DBD tertinggi secara nasional. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved